Mazmur 82

Penyalahgunaan Kekuasaan

14 Agustus 2025
GI Yorimarlina Umboh

Bayangkan suasana sebuah ruang sidang, tetapi bukan di pengadilan negeri. Di dalamnya duduk para pemimpin dunia: hakim, penguasa, influenser, politisi, bahkan pemimpin agama. Mereka mengenakan jubah kebesaran dan memegang tongkat kuasa. Ruangan itu hening, tidak ada yang berbicara. Tiba-tiba, Sang Hakim Tertinggi—yaitu Allah—masuk ke ruangan itu. Dia tidak duduk di kursi, tetapi berdiri. Wajah-Nya penuh wibawa, namun terluka. Dia bertanya: "Berapa lama lagi kalian membela orang fasik dan melupakan orang yang lemah? Kapan terakhir kali kalian membela anak yatim, orang miskin, dan orang yang tertindas?" Satu persatu, para penguasa itu menunduk bukan karena menghormati, tetapi karena tahu bahwa mereka telah gagal.

Mazmur 82 menggambarkan konsep sidang ilahi (divine council) yang umum dalam budaya Timur Dekat Kuno, termasuk Mesopotamia dan Kanaan. Bangsa-bangsa di sekitar Israel memercayai adanya kumpulan ilah yang memerintah dunia di bawah ilah tertinggi. Akan tetapi, dalam Mazmur ini, TUHAN berdiri sebagai Hakim atas para ilah, bahkan atas mereka yang memiliki kekuasaan spiritulal dan politik. Siapakah para ilah (elohim) itu? Ada dua pandangan utama: Pertama, menurut pandangan spiritual, para ilah merujuk pada makhluk surgawi seperti malaikat atau penguasa rohani yang diberi tanggung jawab untuk mengatur bangsa-bangsa (Ulangan 32:8-9, Ayub 1). Kedua, menurut pandangan manusiawi, para ilah merujuk pada pemimpin-pemimpin manusia (hakim, raja) yang diberi otoritas ilahi untuk menjalankan keadilan, tetapi menyalahgunakan otoritasnya. Kedua pandangan ini bersepakat bahwa sorotan utamanya adalah penyalahgunaan kekuasaan.

Kasus penyalahgunaan kekuasaan bukan hanya terjadi pada masa lalu, tetapi juga pada masa kini. Jangan mengira bahwa TUHAN menutup mata terhadap hal itu. TUHAN akan mengadili setiap orang yang berlaku tidak adil karena Dialah hakim tertinggi yang akan menuntut keadilan sosial bagi anak yatim dan mereka yang lemah, tertindas, dan miskin. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi wakil Allah yang menegakkan keadilan bagi dunia ini. Kita dipanggil untuk membela hak anak yang terabaikan, memperjuangkan suara mereka yang tertindas, dan memberi pengharapan bagi mereka yang putus asa. Gereja bukan hanya merupakan tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pengharapan dan perubahan sosial. Mengabaikan panggilan ini berarti memperlemah kesaksian kita sebagai garam dan terang dunia. Berdirilah bersama Allah, sang Hakim yang adil, dan jadilah alat-Nya yang menghadirkan kerajaan-Nya di tengah dunia yang rusak ini. Apakah Anda bersedia menjadi saksi di tengah dunia yang rusak ini?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design