Pernahkah Anda menghadiri undangan pesta ulang tahun yang sangat meriah, disertai sajian makanan enak, acara menarik, musik bagus, tetapi sosok utama yang dirayakan tidak hadir? Beginilah situasi dalam Mazmur 81: Bangsa Israel sibuk merayakan hari raya dengan meriah, tetapi TUHAN menegur mereka karena pujian mereka hanya di bibir, bukan dari hati. Mereka datang ke pesta, tetapi melupakan TUHAN yang seharusnya mereka hormati sebagai Tuan Rumah. Mazmur ini bukan sekadar ajakan untuk bersukacita, melainkan seruan agar kita peka terhadap suara Tuhan dan hidup dalam ketaatan. TUHAN tidak menginginkan nyanyian tanpa makna! Ia merindukan hubungan yang nyata dan penuh kedekatan dengan umat-Nya!
Mazmur 81 ditulis oleh Asaf (atau keturunannya), dan termasuk dalam kategori mazmur peringatan dan perayaan. Kemungkinan besar, mazmur ini dibacakan atau dinyanyikan saat hari raya utama Israel seperti Pesta Roti Tidak Beragi dan Hari Raya Peniupan Serunai. Mazmur ini bertujuan untuk mengajak umat Israel bersukacita dan memuji TUHAN atas pembebasan mereka dari Mesir, mengingatkan umat Israel untuk tidak mengulangi ketidaktaatan leluhur mereka, serta menegaskan janji TUHAN untuk memberkati mereka dengan berkelimpahan jika mereka mau mendengar dan taat. Mazmur ini terbagi menjadi tiga bagian: Pertama, bagian pembukaan liturgis (pujian dan perayaan, 81:1-6). Kedua, bagian sejarah (mengingat karya TUHAN membebaskan dari Mesir, 81:7-8). Ketiga, bagian teguran dan janji (TUHAN menegur ketidaktaatan, tetapi juga menawarkan pemulihan, 81:9-17). Mazmur ini tidak hanya berbicara kepada umat Israel di masa lalu, tetapi juga kepada kita hari ini, yaitu bahwa ibadah tanpa ketaatan sejati adalah kosong, dan berkat Tuhan selalu tersedia bagi mereka yang mau mendengarkan suara-Nya.
Ibadah sejati bukan hanya soal nyanyian dan perayaan lahiriah, tetapi tentang hati yang mendengar dan taat kepada suara Tuhan. Tuhan ingin agar kita memuji Dia bukan hanya saat hari raya, tetapi agar kita hidup taat setiap hari. Tuhan telah membebaskan kita dari belenggu dosa. Sayangnya, kita sering kali hanya hadir di hadapan Tuhan secara lahiriah, tetapi hati kita jauh dari Tuhan dan kita sibuk mengikuti keinginan diri sendiri, padahal Tuhan berkata bahwa jika kita sungguh-sungguh mendengarkan Dia, Ia akan bertindak melindungi dan memberkati kita dengan limpah. Periksalah diri Anda: Apakah ibadah Anda hanya sekadar ritual atau benar-benar lahir dari relasi dengan Tuhan yang hidup? Apakah Anda sungguh-sungguh mendengarkan suara-Nya atau hanya menjalani rutinitas rohani tanpa ketaatan sejati?