Ada sebuah lagu yang sering saya nyanyikan sewaktu masih SD. Syair lagu tersebut sebagai berikut, "Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia." Lagu ini menggambarkan bahwa kasih ibu itu tidak terbatas. Sekalipun sang anak mungkin melakukan banyak kesalahan, kasih ibu kepada anaknya tetap akan ada sepanjang masa.
Lagu di atas mengingatkan kita kepada kisah bangsa Israel yang telah berkali-kali melakukan kesalahan, namun tetap dikasihi Allah. Hal ini terlihat dalam mazmur yang kita baca hari ini, "Sekalipun demikian mereka masih saja berbuat dosa dan tidak percaya pada perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib." (78:32). Sekalipun umat Israel telah melihat dan bahkan mengalami banyak hal ajaib dari TUHAN, tetapi mereka tidak percaya. Inilah yang membuat umat Israel harus mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan mereka. Hari-hari mereka seperti sia-sia dan tahun-tahun yang mereka jalani penuh dengan kesusahan. Kehidupan inilah yang dijalani umat Israel selama empat puluh tahun berputar-putar di padang gurun tanpa tujuan dengan segala "kesusahan" yang mereka alami (78:33). Setelah Tuhan membunuh generasi pertama dari umat Israel yang keluar dari Tanah Mesir, umat Israel kembali sadar bahwa TUHAN adalah gunung batu, Allah Yang Maha Tinggi, dan Penebus. Akan tetapi, pujian mereka kepada TUHAN ternyata hanya pura-pura (78:34-37). Pemberontakan umat Israel ini bukan hanya terjadi sekali tetapi berulang kali (78:40, 56-58). Yang menarik, sekalipun umat Israel berkali-kali membuat kecewa, TUHAN tetap mengasihi dan tidak membiarkan mereka. Hal ini terbukti dari terpilihnya Daud sebagai raja yang membimbing umat Israel dengan ketulusan dan dengan kecakapan tangannya (78:70-72).
Charles Spurgeon berkata: "Kasih Tuhan adalah kasih yang melampaui segala pemikiran manusia, ia tidak pernah berakhir dan tidak pernah terputus. Sebagai manusia, kita sering gagal, tetapi kasih Tuhan tetap setia, tidak pernah berubah." Kasih-Nya yang tidak terbatas ini telah Dia tunjukkan melalui kematian-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa kita. Kesadaran akan hal ini seharusnya membuat kita belajar menghargai anugerah Tuhan melalui pelayanan, cara hidup, serta relasi dengan Tuhan dan sesama. Jangan pernah berpikir bahwa kasih Tuhan itu tidak terbatas sehingga bebas berbuat apa saja yang kita inginkan. Ingatlah bahwa suatu hari, Tuhan akan bertindak. Sebelum hal itu terjadi, marilah kita hidup dengan terus memandang kepada anugerah TUHAN dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Sudahkah Anda hidup dalam ketaatan kepada TUHAN?