Mazmur 73

Jangan Iri Hati

5 Agustus 2025
GI Yorimarlina Umboh

Ratapan & Harapan (Mazmur bagian Ketiga)

Mazmur 73-89 adalah bagian kitab Mazmur yang disebut "Kitab Ketiga". Bagian ini ditulis pada masa krisis dan penderitaan, yaitu saat umat Israel mengalami kehancuran dan kemerosotan. Sebagian besar mazmur di bagian ini dikaitkan dengan Asaf, seorang pemimpin ibadah di Bait Allah. Melalui ungkapannya, Asaf mengajak umat untuk menggumuli kenyataan hidup yang pahit sambil mempertanyakan keadilan dan kesetiaan Allah.

Bagian pertama kitab ini dibuka dengan pergumulan seorang pemazmur yang merasa iri melihat keberhasilan orang fasik. Namun, setelah memasuki hadirat Allah, ia menyadari bahwa akhir hidup orang fasik tidak seindah yang tampak (Mazmur 73). Mazmur 74-79 adalah rangkaian ratapan tentang kehancuran Yerusalem. Pemazmur meratapi kehancuran bait Allah (Mazmur 74) dan penderitaan umat Allah (Mazmur 79), tetapi ia mengingat bahwa Allah adalah Hakim yang adil (Mazmur 75-76). Kemudian, Mazmur 77-78 mengarahkan fokus pada karya Allah di masa lalu, merenungkan sejarah panjang pemberontakan Israel dengan tetap menunjukkan kesetiaan TUHAN yang tak pernah berubah. Dalam Mazmur 80-81, pemazmur berseru agar TUHAN memulihkan umat-Nya dan memanggil mereka untuk kembali setia kepada-Nya. Di tengah rangkaian ratapan, Mazmur 82-83 muncul sebagai seruan kepada Allah untuk bertindak atas ketidakadilan dunia. Mazmur 82 menegur para pemimpin dunia yang tidak adil, mengingatkan bahwa Allah adalah Hakim tertinggi yang akan menegakkan keadilan. Sementara itu, Mazmur 83 adalah doa agar Allah membalas musuh-musuh Israel yang bersekongkol untuk menghancurkan umat-Nya.

Di bagian kedua, Mazmur 84 adalah seruan kerinduan akan rumah TUHAN sebagai tempat perlindungan sejati. Mazmur 85 menekankan permohonan pengampunan dan pemulihan, sedangkan Mazmur 86 adalah doa permohonan agar TUHAN menyelamatkan umat-Nya yang terpuruk. Mazmur 87 memperlihatkan Yerusalem sebagai kota Allah yang mulia, pusat kehadiran TUHAN di dunia. Dibandingkan mazmur yang lain, Mazmur 88 adalah ratapan paling kelam. Pemazmur terbenam dalam kegelapan tanpa harapan. Mazmur 89 adalah klimaks bagian ini yang mempertanyakan janji TUHAN kepada Daud di tengah kehancuran Israel. Pemazmur merenungkan janji Tuhan yang penuh kasih setia dan bertanya-tanya mengapa janji itu tampak tidak lagi nyata di tengah penderitaan bangsa.

<>Secara keseluruhan, Mazmur 73-89 adalah refleksi mendalam tentang pergumulan iman di tengah penderitaan. Meskipun dunia tampak tidak adil dan janji Tuhan tampak tertunda, pemazmur mengajak pembaca untuk tetap berpegang pada kebenaran bahwa Allah itu setia. Ratapan, doa, dan pengharapan di bagian ini mengingatkan kita bahwa meskipun malam terasa paling gelap, fajar pengharapan tetap akan datang. [GI Yorimarlina Umboh]

Jangan Iri Hati
Selasa, 5 Agustus 2025

Bacaan Alkitab hari ini:
Mazmur 73

Mazmur ini dimulai dengan pernyataan Asaf bahwa Allah itu baik terhadap orang-orang yang tulus hatinya, terhadap mereka yang bersih hatinya. Pernyataan ini menimbulkan tanda tanya yang besar dalam pikiran Asaf dan membuat dia cemburu saat melihat kehidupan orang fasik yang makmur, tubuh makin gemuk, seolah-olah tidak pernah merasa susah. Kehidupan orang fasik seperti dilindungi dan kelihatannya bebas dari masalah, sehingga mereka menjadi sombong, congkak, dan sering melakukan kekerasan (73:4-6). Selain itu, mereka sering berprasangka buruk terhadap orang lain, suka mencibir dan membicarakan hal-hal jahat. Mereka membicarakan pemerasan dengan penuh kebanggaan (73:7-8). Mereka juga menghujat Allah (73:9). Semua ini hampir saja menggoyahkan iman Asaf. Dia merasa sia-sia mempertahankan hati yang bersih, menjaga agar tangannya tidak melakukan kesalahan (73:13).

Oleh kasih karunia TUHAN, Asaf—yang semula penuh keraguan—akhirnya berhasil mengatasi keraguannya. Dia mulai menyadari bahwa Allah mengatur segala sesuatu secara bijaksana. Ia sadar bahwa meskipun orang fasik tampak lebih makmur daripada orang benar, Allah tidak mengistimewakan orang fasik. Perlakuan Allah terhadap umat-Nya selaras dengan kebenaran-Nya. Pemazmur berhasil memahami kebenaran Allah karena Allah memegang tangannya dan menuntun hidupnya dengan firman-Nya, sehingga Asaf bersukacita karena merasa dirinya dihargai. Kedekatan dengan Allah merupakan kunci yang membuat pemazmur tidak meragukan TUHAN (73:16-28).

Orang percaya kerap kali berpikir seperti Asaf yang beranggapan bahwa orang fasik itu hidup makmur, jauh dari masalah, bahagia, aman, dan nyaman. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa sebenarnya tidak demikian? Dari luar, orang fasik sering tampak bahagia. Akan tetapi, sebenarnya, mereka sering hidup dalam ketakutan, kecemasan, bahkan ketidakbahagiaan. John Newton—sebelum bertobat—adalah seorang pelaut yang juga merupakan seorang pedagang budak. Ia hidup dalam dosa. Sekalipun selalu dikelilingi oleh banyak orang dan hidup dalam pesta pora, sebenarnya dia selalu merasa gelisah dan cemas. Kebahagiaannya merupakan kebahagiaan semu. Bacaan Alkitab hari ini mengajar kita agar jangan iri hati terhadap orang fasik. Sekalipun mereka terlihat bahagia, kebahagiaan mereka itu palsu. Belajarlah untuk mendekatkan diri Anda kepada Tuhan. Kedekatan kita dengan Tuhan akan menjadi sumber kekuatan saat kita menghadapi pergumulan dan akan membuat kita tidak meragukan Tuhan. Apakah Anda rindu untuk hidup dekat dengan Tuhan?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design