Kehadiran Roh Kudus dalam komunitas orang percaya bersifat mempersatukan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa persatuan dalam gereja mula-mula menghadapi suatu penghalang, yaitu perasaan superioritas keyahudian. Bangsa Yahudi memandang diri mereka sebagai satu-satunya bangsa pilihan Allah, sehingga mereka menganggap status mereka lebih tinggi daripada bangsa-bangsa bukan Yahudi, termasuk lebih tinggi daripada orang Yahudi yang telah melakukan kawin campur dengan bangsa non-Yahudi. Untuk menunjukkan kepada bangsa Yahudi yang tidak beriman atau yang tidak yakin bahwa Injil adalah kabar baik bagi semua bangsa, bukan hanya bagi bangsa Yahudi saja, Allah memberikan tanda berupa bahasa lidah (bandingkan dengan 1 Korintus 14:22). Perhatikan bahwa saat Rasul Petrus memberitakan Injil kepada orang-orang yang berkumpul di rumah Kornelius (Kisah Para Rasul 10), orang-orang non-Yahudi—atau orang-orang yang tidak bersunat—yang memercayai pemberitaan Rasul Petrus mendapat karunia untuk berbahasa lidah, dan karunia berbahasa lidah itu sama dengan karunia untuk berbicara dengan bahasa yang dimengerti setiap pendengar pada Hari Raya Pentakosta (bandingkan Kisah Para Rasul 10:44-48 dengan 2:4-11). Jelaslah bahwa karunia Roh Kudus berupa karunia bahasa lidah yang diberikan pada Hari Raya Pentakosta dan pada saat Rasul Petrus berkhotbah di rumah Kornelius itu merupakan karunia yang bersifat mempersatukan dari sudut bahasa. Perlu diingat bahwa tanda berupa bahasa lidah ini terutama dibutuhkan oleh bangsa Yahudi yang sulit untuk menerima kenyataan bahwa berita Injil tentang keselamatan di dalam Kristus dimaksudkan bagi semua bangsa tanpa terkecuali. Karena karunia berbahasa lidah itu terutama merupakan tanda bagi orang Yahudi yang tidak beriman, pemberitaan Injil selanjutnya tidak selalu disertai dengan munculnya karunia berbahasa lidah.
Kehendak Roh Kudus tidak mungkin menentang kehendak Yesus Kristus (bandingkan dengan doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17, khususnya ayat 20-22). Oleh karena itu, pekerjaan Roh Kudus selalu mempersatukan orang-orang percaya. Sayang, kekerasan hati manusia membuat Allah kadang-kadang "terpaksa" mengizinkan terjadinya perpecahan dalam gereja, Umat Allah pada masa kini perlu waspada agar jangan tergoda untuk mengikuti ajaran yang bisa menyebabkan terjadinya perpecahan dalam gereja! Sebagai anggota gereja, apakah Anda selalu menjaga persatuan dengan saudara-saudara seiman di dalam gereja? Apakah para pemimpin di gereja Anda selalu mengusahakan persatuan dalam gereja? Apakah Anda berani menolak semua usaha yang bisa membawa perpecahan dalam gereja Anda?