Penolong yang Lain
Saat seorang anak mulai belajar, ia akan mulai dengan mempelajari hal-hal yang konkret, bukan hal-hal yang abstrak. Saat belajar menghitung, dia akan mulai dengan belajar menghitung benda-benda yang ada di sekitarnya. Sesudah terbiasa menghitung benda-benda yang konkret, dia baru siap untuk mulai belajar mengenal angka dan belajar menghitung dengan memakai angka. Proses menghitung dengan angka yang terasa mudah bagi orang dewasa merupakan hal yang sulit bagi seorang anak kecil yang baru mulai belajar menghitung. Gambaran di atas tepat menggambarkan betapa sulitnya memahami tentang Roh Kudus bagi murid-murid Kristus. Sesudah beberapa tahun dibimbing oleh Yesus Kristus dengan cara tatap muka dan praktik lapangan, para murid harus belajar untuk menyadari bahwa sesudah Yesus Kristus mati dan bangkit dari kematian, Dia akan naik ke surga dan meninggalkan mereka. Akan tetapi, sebelum pergi, Sang Guru Agung itu meninggalkan pesan, "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Namun, kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan tinggal di dalam kamu. (Yohanes 14:16-17).
Saat menghadapi penderitaan yang puncaknya berupa kematian di kayu salib, Yesus Kristus bergumul dalam doa. Di kayu salib, Dia menempati posisi manusia berdosa dan menanggung murka Allah atas dosa manusia. Kristus paham bahwa dosa adalah masalah yang serius dan hukuman dosa itu amat mengerikan. Murka Allah dahsyat dan membuat Ia merasa gentar dan sangat tertekan, bahkan keringat-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah (Lukas 22:44). Dengan mengajak murid-murid-Nya berdoa, Tuhan Yesus mengajarkan dua hal penting kepada kita, yaitu: Pertama, saat menghadapi masalah berat, kita harus mencari pertolongan Allah agar iman kita tidak goyah, dan kita tetap taat terhadap kehendak Allah. Kedua, saat menghadapi masalah berat, kita memerlukan dukungan saudara seiman. Dengan berdoa bersama, kita ikut menanggung beban yang harus dipikul oleh saudara seiman kita. Saat Tuhan Yesus bergumul di dalam doa menjelang Ia ditangkap, para murid tidak menyadari pentingnya berdoa. Setelah selesai berdoa, Ia berkata kepada mereka, "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." (Lukas 22:46). Bergumul dalam doa membuat Yesus Kristus sanggup menghadapi pencobaan yang berat. Sebaliknya, kelalaian berdoa membuat para murid tidak sanggup bertahan untuk terus mendampingi Sang Guru yang sedang menghadapi penderitaan! Di Taman Getsemani, para murid gagal untuk bertekun dalam doa, sehingga mereka ketakutan saat Tuhan Yesus ditangkap, diadili, dan disalibkan.
Pada dasarnya, manusia itu rapuh. Pada malam sebelum Ia ditangkap, Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya bahwa pada malam itu, iman mereka semua akan terguncang. Saat itu, dengan percaya diri, Petrus berkata, "Biarpun mereka semua terguncang imannya karena Engkau, aku sekali-kali tidak." (Matius 26:33). Bahkan, dia berkata, "Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!" (Lukas 22:33). Nasihat Tuhan Yesus penting untuk kita perhatikan, "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; roh memang berniat baik, tetapi tabiat manusia lemah." (Matius 26:41). Tuhan Yesus sadar bahwa penderitaan yang puncaknya adalah kematian di kayu salib itu amat berat (Matius 26:38-39; Lukas 22:42), dan penderitaan itu sekaligus merupakan tekanan berat bagi para murid-Nya. Sayangnya, para murid-Nya tidak mengindahkan peringatan Sang Guru dan tidak berdoa untuk mengantisipasi datangnya keadaan sulit! Saat ini, umat Tuhan bagaikan domba di tengah-tengah serigala. Apakah Anda sudah bertekun dalam doa untuk mengantisipasi kemungkinan datangnya situasi sulit? Apakah Anda memiliki teman berdoa? [GI Purnama]