Amsal 25

Hikmat dan Seni Memimpin yang Efektif

17 Mei 2025
GI Surya Leung

Amsal 25-29 adalah amsal-amsal kuno tulisan Raja Salomo yang dikumpulkan oleh para pegawai Raja Hizkia (25:1). Perkataan bijaksana dalam 25:2-15 ditujukan bagi para pejabat istana. Raja adalah wakil TUHAN di bumi yang bertugas memelihara ketertiban dan keadilan di semua bidang kerajaannya (8:15-16; 16:10-15; 21:10), termasuk dengan memopulerkan perkataan bijaksana. Karena amsal memiliki fungsi mendidik, amsal-amsal ini juga bermanfaat untuk mengajar umat Israel, bahkan untuk mengajar kita semua. Amsal 25 memberi beberapa tip tentang cara menjadi pemimpin yang saleh dan berhikmat.

Suatu kerajaan akan kokoh apabila para pemimpinnya rendah hati, jujur, dan adil (25:2-10). Pemimpin yang setia, rendah hati, dan sabar, dikenal melalui perkataannya yang bijak dan nasihatnya yang diberikan pada waktu yang tepat (25:11-15). Jangan serakah dan jadilah pribadi yang mengenal batas dalam berelasi (25:16-17). Jangan berdusta dan merusak kepercayaan yang diberikan (25:18-20). TUHAN akan membalas kebaikan orang yang berbelaskasihan kepada musuhnya (25:21-22). Seorang pemimpin harus dapat mengendalikan diri dalam perkataan dan emosi saat terjadi konflik, sehingga tidak mudah terpancing oleh musuh (25:23-27). Jika Anda adalah pemimpin yang setia dan adil, rendah hati dan sabar, jujur dan dapat dipercaya, dan Anda sanggup mengendalikan diri, organisasi atau perusahaan yang Anda pimpin akan sukses dan kokoh.

Hikmat adalah seni dan kemahiran menjalani hidup. Hikmat dimulai dengan takut akan Allah. Sikap hati yang benar terhadap Allah menumbuhkan kerendahhatian, kesalehan, dan keinginan memuliakan Allah yang diwujudkan melalui sikap taat dan kemauan mengendalikan diri. Roh Kudus yang menyertai anak-anak Allah akan memampukan kita mengendalikan diri (bandingkan dengan Galatia 5:22-23a). Renungkanlah apakah Anda selalu berusaha: mengendalikan diri sendiri atau Anda justru selalu berusaha mengendalikan orang lain? Ada tiga hal yang dapat Anda lakukan agar bisa tetap tenang saat terjadi konflik, yaitu tetap tenang dan menyediakan waktu untuk mendengar (18:13,17); berusaha meredakan amarah (15:1); dan berusaha menguasai emosi (25:15). Berusahalah untuk bisa bersikap tenang dan melakukan introspeksi diri terhadap apa yang telah Anda ucapkan, terutama bila ucapan Anda dikuasai oleh amarah. Bagaimana perasaan Anda bila Anda menjadi sasaran kemarahan yang meledak-ledak? Ingatlah bahwa nasihat yang diucapkan dengan lemah lembut dan disampaikan pada saat yang tepat akan memiliki kuasa untuk membawa perubahan pada diri pendengar Anda.

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design