Cara pandang Allah berbeda dengan cara pandang manusia. Waktu melihat orang kaya dan janda miskin memberi persembahan, kita pasti langsung yakin bahwa persembahan orang kaya itu jauh lebih besar dari jumlah persembahan si janda miskin. Akan tetapi, saat menilai persembahan, ternyata yang dilihat Allah—terutama—bukan jumlah, tetapi hati si pemberi. Dalam penilaian Allah, persembahan janda miskin itu lebih besar dari persembahan orang-orang kaya karena yang diberikan orang-orang kaya itu hanya sebagian kecil dari hartanya, sedangkan yang diberikan oleh si janda miskin adalah seluruh penghasilannya. Orang-orang kaya itu masih menyisakan sangat banyak harta bagi dirinya, sedangkan janda miskin itu tidak menyisakan apa-apa bagi dirinya sendiri. Jadi, yang dilihat Allah bukan jumlah, melainkan kualitas. Oleh karena itu, bila kita melihat dari sudut pandang Allah, orang miskin dalam gereja tidak perlu merasa minder karena memberi persembahan dalam jumlah sedikit, dan orang kaya dalam gereja tidak boleh sombong karena memberi persembahan dalam jumlah besar! Menurut keyakinan Anda, apakah jumlah persembahan yang Anda berikan kepada Allah telah sepadan dengan apa yang Anda miliki atau Anda terima?
Saat melihat bangunan Bait Allah yang amat megah, banyak orang merasa kagum. Akan tetapi, Tuhan Yesus melihat jauh ke depan! Tuhan Yesus tahu bahwa beberapa puluh tahun kemudian, bangunan Bait Allah itu akan diruntuhkan oleh Jenderal Titus. Perhatikan bahwa orang banyak hanya bisa melihat apa yang ada di depan mata pada masa kini, tetapi Tuhan Yesus melihat jauh ke masa depan. Oleh karena itu, bila kita hendak menilai sesuatu dengan cara pandang Allah, kita harus menilai dengan iman. Apa yang kita lihat saat ini bisa jauh berbeda dengan apa yang akan kita lihat pada masa depan. Saat Anda mengalami kegagalan atau kekurangan, ingatlah bahwa Allah bisa memberi kesuksesan atau kecukupan di masa depan! Saat Anda mengalami kondisi yang seperti jalan buntu, apakah Anda telah membiasakan diri untuk memandang kepada Allah yang sanggup menolong dan memampukan diri Anda?
Situasi yang sedang kita hadapi juga harus kita pandang dengan sudut pandang Allah. Kita harus selalu memercayai pemeliharaan Allah. Bila kita meyakini bahwa Allah mengawasi dan menjaga kita, situasi bahaya pun kadang-kadang merupakan situasi yang Allah izinkan terjadi untuk membentuk kesempatan bersaksi (21:9-15). Apakah Anda telah berusaha menjadi saksi Allah dalam segala situasi, termasuk saat Anda menghadapi bahaya?