Pertanyaan yang tulus adalah gerbang menuju pengetahuan, tetapi pertanyaan yang tidak tulus hanya mempermalukan diri sendiri. Dalam Lukas 20, para imam kepala, para ahli Taurat, dan para penatua bertanya tentang masalah kewajiban membayar pajak (20:22) untuk memicu konflik antara Tuhan Yesus dengan pemerintah Romawi, sedangkan orang Saduki mengajukan pertanyaan tentang hubungan pernikahan sesudah kebangkitan (20:33) untuk memojokkan mereka yang meyakini adanya kebangkitan orang mati. Jadi, jelas bahwa pertanyaan yang mereka ajukan tidak diajukan secara tulus untuk mencari tahu atau memperluas wawasan, tetapi dimaksudkan untuk menjebak. Akan tetapi, jebakan mereka gagal! Dengan hikmat-Nya, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kewajiban membayar pajak kepada pemerintah serta kewajiban memberi persembahan kepada Allah adalah dua kewajiban yang sama-sama harus dilakukan dan tidak perlu dipertentangkan (20:25). Tentang hubungan pernikahan sesudah kebangkitan (20:33), kekeliruan orang Saduki disebabkan karena mereka menyamakan kondisi sebelum dan setelah kebangkitan, padahal hubungan pernikahan hanya ada sebelum kebangkitan. Rasul Paulus menjelaskan bahwa tubuh sebelum kebangkitan adalah tubuh alami, sedangkan tubuh setelah kebangkitan adalah tubuh rohani (1 Korintus 15:44). Tubuh alami pasti mengalami kemerosotan dan berujung pada kematian. Oleh karena itu, perkawinan diperlukan untuk meneruskan garis keturunan. Tubuh rohani adalah tubuh yang tidak akan mengalami kemerosotan dan kematian. Oleh karena itu, tidak ada lagi perkawinan sesudah kebangkitan terjadi (Lukas 20:35-36), sehingga pertanyaan orang Saduki di atas adalah pertanyaan yang salah.
Ingatlah bahwa pertumbuhan rohani kita amat ditentukan oleh ketulusan hati kita. Bila hati kita tulus, lalu kita mengajukan pertanyaan yang membangun kerohanian kita, kita pasti akan terus semakin maju secara rohani. Akan tetapi, bila hati kita tidak tulus, penampilan kita palsu, dan kita mengajukan pertanyaan secara tidak tulus dan penuh jebakan, kita tidak akan menerima jawaban atau kita akan menerima jawaban yang mempermalukan diri kita sendiri. Apakah Anda memiliki kerinduan untuk bertumbuh secara rohani? Apakah Anda telah membiasakan diri untuk secara berkala mengevaluasi kondisi kerohanian Anda sendiri? Apakah Anda telah membiasakan diri untuk secara tulus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksudkan untuk membangun kerohanian diri Anda sendiri? Bila Anda selalu berusaha membenarkan diri Anda sendiri dan Anda sering merancang pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menjebak orang lain, Anda tidak akan bertumbuh secara rohani!