Sejarah selalu diwarnai oleh perebutan kekuasaan. Perebutan kekuasaan bukan hanya terjadi dalam hubungan antar manusia, tetapi juga dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Kejatuhan manusia ke dalam dosa pun terkait erat dengan masalah kuasa. Allah telah menetapkan bahwa manusia bebas memakan semua buah dari semua pohon di Taman Eden, kecuali buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Iblis memakai ular untuk menggoda manusia dengan menggoyahkan ketaatan Adam dan Hawa terhadap aturan yang ditetapkan Allah tersebut. Dengan memakan buah yang dilarang, Adam dan Hawa menentang kuasa Allah untuk menetapkan aturan! (Kejadian 2:16-17; 3:1-6). Sepanjang sejarah umat Allah, inti pergumulan adalah memilih untuk taat tanpa syarat kepada kuasa Allah untuk mengatur atau merebut kuasa Allah dan menentukan sendiri apa yang hendak dilakukan dengan mengabaikan kuasa Allah untuk mengatur.
Dalam bacaan Alkitab hari ini, para imam kepala, para ahli Taurat, dan para tua-tua mempertanyakan wewenang Yesus Kristus menyingkirkan para pedagang dari halaman Bait Allah (Lukas 20:2), padahal mereka seharusnya tahu bahwa tempat berjualan itu adalah tempat untuk berdoa. Jadi, yang dipersoalkan bukan apakah tindakan pengusiran para pedagang itu benar atau salah, tetapi siapa yang berkuasa menetapkan aturan untuk para pedagang. Perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur juga berkaitan dengan masalah kuasa! Para penggarap kebun anggur itu memukul hamba-hamba yang diutus pemilik kebun anggur karena mereka tidak mau diatur, bahkan mereka membunuh anak pemilik kebun anggur dengan maksud agar mereka bisa merampas kebun anggur itu.
Pada masa kini, perebutan kekuasaan sering terjadi di segala bidang, termasuk di gereja. Kadang-kadang, bisa terjadi perebutan kekuasaan di antara para pemimpin gereja yang mengakibatkan terjadinya perpecahan gereja. Walaupun perpecahan gereja kadang-kadang mempercepat perkembangan gereja, perebutan kekuasaan dalam gereja tetap memalukan karena perpecahan itu menunjukkan bahwa umat Tuhan tidak bisa bersatu, padahal Alkitab jelas mengajarkan bahwa persatuan gereja merupakan kehendak Allah bagi gereja. Bagaimana keadaan gereja Anda saat ini: Apakah para pemimpin gereja Anda bersatu untuk membangun gereja atau justru saling berebut kekuasaan? Apakah Allah merupakan Pemimpin Tertinggi di gereja Anda dan kehendak Allah yang tercantum dalam firman-Nya menjadi sumber otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan di gereja Anda atau Allah dan kehendak-Nya justru sering diabaikan di gereja Anda?