Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Kita bersyukur karena pemilu telah berlangsung dengan damai, walaupun munculnya ketidakpuasan tidak bisa dicegah. Kita juga bersyukur karena isu terjadinya kerusuhan tidak terwujud. Mari kita berdoa agar proses perhitungan suara yang sedang berlangsung tidak menimbulkan gejolak yang meresahkan. Mari kita berdoa agar semua penegak hukum, khususnya Mahkamah Konstitusi, dapat mempertahankan netralitas saat perhitungan suara hasil pemilu berlangsung. Doakan pula agar hasil pemilu ini mendatangkan kebaikan bagi seluruh bangsa Indonesia. Apa pun yang terjadi di negara kita, marilah kita berdoa agar sebagai anak-anak Allah, kita tetap bisa menjadi garam dan terang yang memberi pengaruh positif terhadap lingkungan tempat kita berada.
Pada edisi ini, kita akan melanjutkan perenungan Injil Markus. Untuk tahun ini, renungan khusus Paskah disatukan dengan renungan Injil Markus. Setelah itu, kita akan bersama-sama merenungkan kitab Ulangan. Injil Markus adalah kitab Injil yang paling pendek. Oleh karena itu, uraian dalam Injil Markus umumnya lebih singkat daripada dalam kitab-kitab Injil yang lain. Kitab Ulangan berisi khotbah perpisahan Musa kepada bangsa Israel. Sebelum wafat, Musa hendak mengingatkan bangsa Israel tentang hal-hal penting dalam Sejarah Israel. Dalam kitab ini, Musa memotivasi bangsa Israel untuk meneruskan rencana menaklukkan Tanah Perjanjian dan mendorong mereka untuk tetap setia walaupun mereka mengalami berbagai tantangan. Musa juga mendorong umat Israel untuk hidup dalam kekudusan serta melawan semua godaan untuk mengompromikan iman dengan aspek-aspek agama Kanaan. Melalui pembacaan kitab Ulangan, diharapkan bahwa kita akan semakin mengenal Allah dan diri sendiri.
Secara khusus, kami mengucapkan terima kasih kepada para penerjemah dan editor bahasa Mandarin yang telah sangat bersabar menghadapi keterbatasan penulis. Kami sangat terharu menyaksikan ketulusan dan kerja keras para penerjemah yang telah menyisihkan waktu mereka yang amat berharga untuk membuat para pembaca bahasa Mandarin bisa membaca dalam bahasa yang paling mereka pahami. Kami berharap bahwa Tuhan membalas pengabdian mereka bagi pekerjaan Tuhan ini dengan berkat yang berkelimpahan.
Akhir kata, kami berharap bahwa renungan GeMA ini bisa menjadi berkat bagi kita semua.
Salah satu ciri yang menonjol dari pelayanan Yohanes Pembaptis adalah keterusterangannya dalam menegur dosa. Dia bukan hanya menegur dosa orang biasa, tetapi Dia juga berani menegur dosa Raja Herodes. Standar moral Yohanes Pembaptis yang tinggi membuat ia menegur tindakan Raja Herodes yang telah mengambil Herodias, istri Filipus—saudaranya sendiri—sebagai istri. Mungkin saja Raja Herodes menyamakan Tuhan Yesus dengan Yohanes Pembaptis karena Tuhan Yesus juga memiliki standar moral yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada standar Yohanes Pembaptis. Bagi Tuhan Yesus, kesucian hidup bukan hanya menyangkut tindakan, tetapi juga menyangkut hati. Bagi Tuhan Yesus, dosa itu bukan hanya berwujud tindakan, tetapi juga berwujud niat hati.
Herodias lebih jahat daripada Herodes. Herodes merasa bersalah saat ditegur oleh Yohanes Pembaptis. Oleh karena itu, walaupun dia menangkap Yohanes Pembaptis, ia berusaha melindunginya. Akan tetapi, Herodias mengeraskan hati. Dia bukan hanya tidak menyadari dan tidak mau mengakui kesalahannya, tetapi dia juga berniat membunuh Yohanes Pembaptis untuk membalas dendam. Niat jahat itu hanya menunggu munculnya kesempatan untuk terwujud menjadi tindakan dosa. Kesempatan itu muncul saat Raja Herodes—yang tidak bisa menguasai diri saat kegembiraannya meluap—berjanji untuk memberikan apa saja yang diinginkan oleh putri tirinya. Saat putri tirinya—yang dikendalikan oleh Herodias—meminta kepala Yohanes Pembaptis, Raja Herodes menjadi serba salah. Hati nuraninya menolak, tetapi dia takut dianggap plin-plan, sehingga ia mengabulkan permintaan tersebut.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan bahwa menegur dosa merupakan kewajiban yang penting bagi umat Allah, tetapi kewajiban itu berisiko tinggi karena pada dasarnya, tidak ada orang yang senang ditegur kesalahannya. Kita tidak boleh diam saja saat melihat dosa merajalela di sekitar kita. Akan tetapi, kita memerlukan hikmat Tuhan bila ingin menegur kesalahan seseorang. Risiko yang muncul saat kita bertindak benar tidak selalu bisa dihindari, tetapi kita boleh berusaha meminimalkan risiko. Dalam gereja, menegur dosa merupakan tanggung jawab penting bagi anak-anak Allah. Sekalipun demikian, ingatlah bahwa menjaga kesucian hidup harus dimulai dari diri sendiri, kemudian meluas ke komunitas di sekeliling kita. Bila Anda berbuat dosa, apakah Anda terbuka untuk menerima teguran? Apakah Anda memiliki komunitas yang saling mengingatkan untuk menghindari keberlangsungan dosa? Apakah gereja Anda berani memberi teguran terhadap praktik dosa yang terlihat jelas? [GI Purnama]