Dibebaskan oleh Injil, Ditahan demi Injil
Rasul Paulus sudah lama ingin berkunjung ke Roma, ibu kota kekaisaran Romawi. Akhirnya, sang rasul pun tiba di kota Roma (Kisah Para Rasul 28). Akan tetapi, saat surat Roma ditulis, pergi ke Roma masih merupakan harapan. Rasul Paulus beberapa kali merencanakan perjalanan misi ke Roma, tetapi selalu ada halangan. Akhirnya, ia bisa tiba di Roma, tetapi dengan status sebagai tahanan, bukan sebagai misionaris.
Rasul Paulus ditangkap saat berada di kota Yerusalem (Kisah Para Rasul 21). Kerusuhan terjadi setelah ia bersaksi tentang Yesus Kristus di hadapan Mahkamah Agama Yahudi. Lalu, Kristus menampakkan diri kepada Rasul Paulus di penjara dan Ia berjanji bahwa Rasul Paulus akan bisa bersaksi bagi-Nya di kota Roma (Kisah Para Rasul 23:11). Rasul Paulus pasti sangat senang! Kemudian, perwira pasukan Romawi memerintahkan agar Rasul Paulus dipindahkan ke penjara di Kaisarea Filipi. Di kota itu, ia didakwa lagi dan divonis bersalah. Akhirnya, ia memakai haknya sebagai warga negara Romawi untuk naik banding kepada Kaisar. Lewat proses hukum seperti inilah, jalan menuju Roma terbuka lebar baginya. Status sebagai tahanan yang naik banding membuat seluruh biaya perjalanan ke Roma ditanggung penuh oleh pemerintah Romawi. Ia tak perlu repot menggalang dana dari jemaat-jemaat untuk perjalanan misinya ke kota Roma. Sungguh, pemeliharaan Tuhan terhadap Rasul Paulus begitu unik!
Sebelum perjalanan itu terwujud, Rasul Paulus menuliskan kerinduannya untuk berkunjung ke Roma melalui surat Roma yang ditulis pada tahun 57 atau 58 M di Yunani, dalam perjalanan misi ketiga. Selain itu, ia merespons situasi jemaat Roma. Jemaat itu pecah karena perbedaan pandangan antara jemaat berlatar Yahudi dan non-Yahudi, terkait peran hukum Taurat dalam iman Kristen. Dalam surat ini, Rasul Paulus menyampaikan harapan agar jemaat bersatu dengan mengajar mereka tentang kehidupan Kristen yang sejati, hidup berdasarkan Injil. Injil inilah yang diyakini Rasul Paulus bisa mempersatukan jemaat Roma.
Melalui surat ini, Rasul Paulus membagikan pengalaman dan keyakinannya tentang injil, yakni bahwa Allah telah menyingkapkan kuasa-Nya dan kasih karunia-Nya kepada dunia dan manusia di dalamnya, melalui Kabar Baik tentang Yesus Kristus, yakni kehidupan, kematian dan kebangkitan-Nya. Kuasa dan kasih karunia Allah sudah membebaskan, mengubah hidupnya dari hamba dosa menjadi utusan Injil. Rasul Paulus percaya bahwa kuasa dan kasih karunia itu siap membebaskan setiap orang percaya. Jangan ragu mengawali tahun 2024 dengan membaca dan merenungkan surat Roma. Izinkan diri Anda mengalami pengalaman Rasul Paulus. Selamat menikmati Injil dalam Surat Roma! [Pdt. Iwan Catur Wibowo]
Murka Allah atas Kaum Amoral
Selasa, 2 Januari 2024
Bacaan Alkitab hari ini:
Roma 1
Rasul Paulus memperkenalkan diri sebagai rasul Yesus Kristus yang diutus untuk memberitakan Injil. Pembukaan surat ini memperlihatkan bahwa fokus berita suratnya adalah tentang Kabar Baik Injil. Kata 'Injil' memang tidak banyak muncul dalam surat Roma, tetapi Injil ada di balik semua yang Rasul Paulus sampaikan dalam surat ini. Injil memproklamasikan bahwa Yesus adalah Raja, Penguasa atas seluruh dunia, termasuk atas jemaat Roma (4-6). Mengingat jemaat Roma hidup di pusat pemerintahan penguasa dunia saat itu, yakni kaisar, proklamasi seperti ini jelas berbahaya. Gelar kaisar Romawi adalah "Anak Allah" dan hari kelahirannya disebut "Kabar Baik." Setiap orang di seluruh wilayah kekuasaan Roma diwajibkan tunduk dan setia kepada kaisar. Di kota tempat kaisar bertakhta inilah, Rasul Paulus menyampaikan Kabar Baik yang sejati kepada jemaat, bahwa Yesuslah Raja, Penguasa dunia, dan Anak Allah yang sejati yang layak menerima ketundukan dan kesetiaan manusia.
Rasul Paulus menegaskan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan semua orang, termasuk kedua kubu yang bertikai dalam jemaat di Roma (1:16-17). Keselamatan dalam Injil adalah keselamatan melalui iman. Artinya, keselamatan adalah pemberian Allah, bukan hasil usaha manusia melalui perbuatan baik. Inilah sisi kabar baik dari Injil. Selanjutnya, Rasul Paulus menunjukkan sisi kabar buruk dari Injil, yakni tentang murka Allah (1:18). Tujuannya tentu agar kedua kubu bisa menghargai betapa baiknya Kabar Baik Injil itu. Di pasal ini, Rasul Paulus menujukan kabar buruk ini kepada kubu 'kompromis'. Kemungkinan besar, mereka adalah jemaat berlatar belakang Yunani dan Romawi yang di masa lalu--sebelum percaya pada Kristus--memiliki perilaku fasik dan lalim atau bergaya hidup amoral. Kepada kubu pertama ini, Rasul Paulus menggambarkan bobroknya kondisi manusia yang menuruti keegoisan hawa nafsunya (1:19-32), serta menegaskan bahwa murka Allah akan menimpa mereka yang berperilaku dan bergaya hidup menolak hukum-hukum Allah (1:32).
Apakah Anda sedang berkompromi dengan dosa-dosa tertentu, seperti orang-orang di kubu pertama dalam jemaat Roma? Marilah kita mengaminkan peringatan Rasul Paulus di pasal ini: Semua manusia--baik orang Yahudi maupun non-Yahudi--yang menolak kasih Allah dan terus berkanjang dalam kefasikan meskipun punya banyak kesempatan bertobat pasti akan menuai murka Allah di penghakiman terakhir nanti. Apakah Anda sudah bertobat dari sikap berkompromi terhadap perilaku jahat dan amoral serta sudah menyambut anugerah keselamatan cuma-cuma yang Allah tawarkan di dalam Injil?