Menanti hingga pengharapan kita terwujud membutuhkan kesabaran. Akan lebih mudah bila kita menantikan hal-hal yang sudah jelas kapan akan terwujud, misalnya menanti keberangkatan transportasi umum yang sudah dijadwalkan, menanti jam makan, menanti gaji bulanan, dan sebagainya. Sebaliknya, adalah sulit menantikan hal-hal yang belum jelas kapan akan terwujud seperti menanti kesuksesan, menanti kehamilan, menanti mendapat jodoh, dan sebagainya. Simeon dan Hana telah puluhan tahun menanti pengenapan janji tentang Mesias yang akan datang untuk menyelamatkan umat-Nya tanpa mengetahui kapan hal itu terwujud. Menanti dengan sabar terasa semakin sulit saat usia mereka semakin lanjut. Sekalipun demikian, mereka tetap yakin bahwa nubuat firman Allah pasti akan digenapi. Saat menanti kedatangan Sang Mesias, mereka tekun menjalani kehidupan yang saleh. Saat Bayi Yesus berusia delapan hari, Yusuf dan Maria membawa Dia untuk disunat sesuai dengan ketetapan hukum taurat (2:21; Imamat 12:3). Saat Simeon dan Hana melihat Bayi itu, kepekaaan rohani mereka membuat mereka menyadari bahwa Bayi itu adalah Sang Mesias yang telah dijanjikan selama berabad-abad. Rupanya kesalehan hidup berbuah kepekaan rohani, sehingga mereka bisa menyadari karya Allah yang memenuhi pengharapan umat Yahudi yang saleh. Saat bertemu dengan bayi Yesus, Simeon memuji Allah dan mengemukakan bahwa ia telah melihat hadirnya keselamatan di dalam Yesus Kristus, sehingga ia merasa puas dan siap untuk pergi--maksudnya "mati"--dalam damai sejahtera (2:29). Demikian pula dengan Hana. Setelah bertemu dengan Bayi Yesus, dia juga mengucap syukur dan bersaksi tentang Sang Mesias kepada orang-orang yang menanti kelepasan bagi Yerusalem (2:38). Semasa kita hidup di dunia, kita hidup dalam pengharapan. Di satu sisi, pengharapan kita tertuju kepada kekekalan. Kita menanti saat Kristus datang untuk kedua kali. Saat itu, kita akan dibebaskan dari semua masalah kita. Di sisi lain, saat kita masih hidup di dunia ini, kita harus selalu menanti pertolongan dan pemeliharaan Allah atas hidup kita. Bila kita percaya kepada Kristus, kita adalah anak-anak Allah, sehingga kita bisa meyakini bahwa Allah pasti memiliki rancangan yang terbaik bagi diri kita (Yohanes 1:12; Yeremia 29:11). Bila kita selalu menanti pertolongan Tuhan, kita akan memiliki damai sejahtera (Filipi 4:6-7). Di samping itu, Allah akan memampukan kita untuk mengucap syukur serta memberitakan kemurahan Tuhan.