Banyak tema menarik yang terdapat dalam Kitab Wahyu. Salah satu tema menarik adalah "barang siapa menang". Frasa itu terdapat di 8 ayat di seluruh kitab Wahyu (2:7,11,17,26; 3:5,12,21; 21:7). Tema ini lahir dari konteks penganiayaan dan pergumulan yang berat yang dialami oleh tujuh jemaat di Asia Kecil, yaitu jemaat di Efesus (2:1-7), Smirna (2:8-11), Pergamus (2:12-17), Tiatira (2:18-29), Sardis (3:1-6), Filadelfia (3:7-13), dan Laodikia (3:14-20). Sekalipun demikian, janji "barangsiapa menang" juga berlaku bagi orang percaya di sepanjang zaman (21:7). Orang percaya harus setia mempertahankan iman kepada Kristus yang telah menang atas maut. Kitab ini memberi dorongan semangat dan meneguhkan iman agar jemaat tetap setia kepada Kristus. Salah satu tujuan Rasul Yohanes menulis Kitab Wahyu adalah untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang sedang berjuang mempertahankan iman dalam konteks dan kondisi masing-masing. Yohanes mengungkapkan pesan-pesannya melalui bahasa simbol dan nubuat yang bisa dimengerti oleh penerima surat saat itu, namun tidak dimengerti oleh orang lain--seperti prajurit Roma dan kaisar--sehingga tetap aman bila surat itu jatuh ke tangan mereka.
Frasa "barangsiapa menang" sangat penting artinya bagi jemaat untuk menghibur mereka agar tetap tabah atau tekun--kata Yunani hupomone--dalam menjalani hari yang penuh tantangan, sekaligus mendorong mereka agar memenangkan peperangan rohani.
Dorongan itu diberikan kepada jemaat di Efesus "barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah" (2:7b). Artinya, jika jemaat Efesus mengindahkan nasihat Kristus untuk melakukan kasih yang semula yang telah mereka tinggalkan (2:4), mereka akan mendapat upah, yaitu berupa persekutuan yang intim dengan Kristus.
Dalam konteks jemaat Smirna, Kristus mengatakan: "Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian kedua" (2:11b). Artinya, jemaat Smirna tidak perlu takut menghadapi kematian pertama, yaitu kematian karena iman dan kesaksian mereka bagi Kristus. Sekalipun harus mati syahid karena Injil, mereka adalah milik Kristus, sehingga mereka akan menerima hidup yang kekal dan terhindar dari kematian kekal (kematian kedua).
Dalam konteks jemaat Pergamus, frasa "barangsiapa menang" (2:17b) berarti bahwa mereka harus bertobat dari dosa-dosa Bileam dan Nikolaus yang menyesatkan mereka. Mereka yang menang akan dikaruniai kemuliaan sorgawi yang dilambangkan dengan batu putih.
Dalam konteks jemaat Tiatira, frasa "barangsiapa menang" (2:26-27) berkaitan dengan sikap terhadap ajaran sesat. Bila mereka tetap berpegang pada ajaran yang benar, Kristus akan mengaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa kepada mereka. Artinya, mereka akan memerintah bersama-sama dengan Kristus di bumi yang baru dan langit yang baru.
Dalam konteks jemaat di Sardis, frasa "barangsiapa menang" (3:5) berkaitan dengan kematian rohani (3:1). Mereka tidak punya hubungan yang baik dengan Kristus. Jika nama mereka ingin tetap ada di kitab kehidupan dan nama mereka diakui di hadapan Bapa dan di hadapan para malaikat-Nya, mereka harus bertobat dan menjalin hubungan yang baik dengan Kristus.
Dalam konteks jemaat Filadelfia, frasa "barangsiapa menang" (3:12) berkaitan dengan ketaatan terhadap firman Tuhan. Ketaatan membuat mereka akan menerima upah dari Tuhan, yaitu menjadi penopang utama (sokoguru) seluruh jemaat. Mereka menjadi orang kepercayaan Tuhan dan wakil-Nya di Yerusalem baru.
Dalam konteks jemaat di Laodikia, frasa "barangsiapa menang" (3:21) berkaitan dengan kehidupan spiritual yang suam-suam kuku. Jika menang dalam peperangan rohani, mereka akan didudukkan bersama dengan Tuhan di atas takhta Kristus.
Tujuh ayat terdahulu yang mengandung frasa "barangsiapa menang" (2:7,11,17,26; 3:5,12,21) ditujukan bagi tujuh jemaat di Asia Kecil, sedangkan frasa "barangsiapa menang" yang terakhir (21:7) ditujukan bagi semua orang percaya sepanjang zaman. Di langit dan bumi yang baru, Kristus berkata kepada jemaat-Nya, "Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku." (21:7). Pernyataan "memperoleh semuanya itu" menunjuk pada anugerah yang akan diterima oleh orang percaya di sepanjang zaman, jika mereka setia kepada Kristus dan memenangkan pertandingan iman. Kemenangan akan membuat mereka menikmati persekutuan yang indah dengan Allah dalam kekekalan. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka (21:3). Ia akan menghapus air mata, tidak ada lagi maut, perkabungan, ratap tangis atau dukacita (21:4), karena Ia telah menjadikan segala sesuatu menjadi baru (21:5), sehingga kondisi ini sangat berbeda dengan langit dan bumi yang lama. Kondisi semacam ini sangat berbeda dengan kondisi orang yang tidak percaya. Ketidakpercayaan membuat mereka mendapat bagian dalam lautan yang menyala-nyata oleh api dan belerang, serta masuk dalam penghukuman kekal (21:8). Sebaliknya, saat memenangkan pertandingan iman, orang percaya akan memasuki kehidupan yang kekal serta menikmati anugerah yang besar dari Kristus. [Pdt. Souw Suharwan]
Setiap orang pasti pernah mengalami perasaan yang campur aduk, misalnya mendengar berita sukacita bersamaan dengan berita dukacita. Perasaan tujuh jemaat di Asia Kecil--yaitu Efesus, Smirna, Pergamus, Tiatira, Sardis, Filadelfia dan Laodikia (1:4,11)--juga campur aduk. Mereka mengalami kesusahan, sama seperti Rasul Yohanes yang dibuang ke Pulau Patmos. Sekalipun demikian, mereka tetap setia dan menaati Kristus (1:9). Mereka menghadapi musuh-musuh yang menyerang iman mereka, yaitu penguasa Roma yang disimbolkan dengan Babel (16:1 9; 17:5; 18:2,10, 21), antikristus yang disimbolkan dengan binatang yang keluar dari dalam laut (13:1-10), nabi palsu yang disimbolkan dengan binatang yang keluar dari dalam bumi (13:11-18). Kejahatan musuh mereka itu dipengaruhi oleh Iblis yang disimbolkan dengan naga (12:1-18). Mereka menghadapi situasi sulit karena harus melawan dominasi antrikistus yang terwujud dalam bentuk kekuasaan kaisar Roma. Iman yang membuat mereka menolak untuk menyembah kaisar membuat nyawa mereka terancam. Di dahi mereka tertulis nama Bapa dan Kristus (14:1), bukan nama antikristus (13:16; 14:9; 17:5). Mereka tidak bisa membeli dan menjual, sehingga mereka menjadi miskin. Mereka dianiaya karena iman mereka tetap tertuju kepada Kristus (20:4). Itulah kenyataan hidup yang mereka hadapi.
Di tengah tantangan yang berat itu, firman Tuhan datang kepada mereka: "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut." (1:17b-18). Iman mereka dikuatkan lagi. Perasaan mereka yang sedih berubah menjadi sukacita. Mereka siap menghadapi tantangan dan kenyataan masa depan. Mereka hanya memercayai Kristus yang memegang kunci maut dan kerajaan maut. Mereka menghadapi situasi sulit, namun mereka telah dibekali dengan firman yang hidup yang menguatkan dan menyemangati untuk menghadapi tantangan di depan.
Apakah Anda merasa risau saat menghadapi pandemi Covid-19 yang telah memukul sendi-sendi kehidupan Anda? Apakah Anda risau saat menghadapi ketidakadilan, intimidasi, kebencian, permusuhan, fitnah, iri hati, dan sebagainya? Kenyataan hidup yang kita hadapi memang tidak mudah. Akan tetapi, kita tetap harus memberitakan kebenaran dan mempertahankan iman. Tetaplah setia dan taat hanya kepada Kristus! Dia sudah menang atas kuasa dosa dan maut, sehingga Dia sanggup membuat kita menang saat menghadapi pergumulan apa pun! [Pdt. Souw Suharwan]