Salam sejahtera dalam kasih Kristus.
Pandemi Covid-19 belum dinyatakan berakhir dan kita belum bisa memastikan kapan pandemi akan benar-benar berakhir. Akan tetapi, jelas terlihat bahwa sebagian penduduk Indonesia berperilaku seolah-olah pandemi telah berakhir. Sayang, ternyata pengalaman menghadapi pandemi tidak berhasil menyadarkan kita bahwa kita sedang memasuki keadaan normal yang baru. Kebiasaan memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak tetap diperlukan bila kita berada dalam kerumunan. Kebiasaan memakai masker dan menjaga jarak memperlihatkan kesadaran bahwa virus bisa menular melalui mulut dan udara. Kebiasaan mencuci tangan menghindarkan kemungkinan tangan kita menjadi media penularan penyakit. Menanggalkan kebiasaan yang telah kita latih selama lebih dari dua tahun akan membuat kita berisiko tertular dan sakit.
Pada GeMA edisi ini, kita akan melanjutkan pembacaan kitab Mazmur. Selain itu, kita akan membaca kitab Kidung Agung, Hagai, Zakharia, dan Maleakhi, serta mengikuti renungan khusus untuk memperingati Hari Reformasi. Melalui kitab Kidung Agung, kita akan merenungkan hubungan cinta antara pria dan wanita dengan mengingat bahwa Alkitab menggambarkan Kristus sebagai Sang Mempelai Pria dan jemaat sebagai sang mempelai wanita. Melalui kitab Hagai, kita akan merenungkan mengenai tanggung jawab kita terhadap Tuhan dan Rumah Tuhan. Melalui kitab Zakharia, kita akan bersama-sama merenungkan bahwa janji kedatangan Sang Mesias telah terwujud pada kedatangan-Nya yang pertama, sehingga janji pemeliharaan-Nya dapat diandalkan dan janji kedatangan-Nya yang kedua kali di akhir zaman pasti akan digenapi seutuhnya. Melalui kitab Maleakhi, kita akan merenungkan mengenai kecaman Allah terhadap perilaku fasik, yaitu perilaku yang tidak memedulikan kehendak Allah. Selain itu, kita juga akan merenungkan mengenai kasih Allah yang bersedia menuntun kita ke jalan yang benar. Melalui renungan reformasi, kita akan merenungkan delapan hal mendasar menyangkut kehidupan Kristen yang perlu untuk terus-menerus dievaluasi.
Sebagai pesan terakhir, ingatlah bahwa program pembacaan Alkitab GeMA telah dilengkapi dengan refleksi GeMA dalam bentuk audio dan video. Ingatlah pula bahwa pembacaan Alkitab adalah sarana terpenting bagi pertumbuhan rohani. Renungan serta refleksi GeMA hanya bersifat melengkapi--bukan menggantikan--pembacaan Alkitab. Semoga GeMA edisi ini menjadi berkat bagi kita semua.
Perasaan hati perlu diungkapkan melalui perkataan dan tindakan, baik dalam hal relasi antar sesama manusia maupun dalam hal relasi antara manusia dengan TUHAN. Itulah sebabnya, kita perlu mengungkapkan perasaan kita kepada TUHAN. Inilah yang dilakukan Daud saat ia mengajak umat TUHAN untuk memuji TUHAN (95:1-2). Ajakan "Marilah kita .." menunjukkan bahwa Daud ingin memuji TUHAN secara bersama-sama dengan seluruh umat Israel. Dia tergerak untuk memuji TUHAN karena TUHAN adalah gunung batu keselamatan (95:1), karena TUHAN berkedudukan jauh lebih agung daripada ilah yang disembah oleh bangsa-bangsa lain (95:3), dan karena TUHAN berkuasa atas ciptaan-Nya (95:4-5). Oleh karena itu, pengagungan terhadap TUHAN harus diungkapkan melalui perkataan dan tindakan yang nyata. Daud mengajak umat Israel untuk mengungkapkan pengagungan itu melalui ibadah di hadapan TUHAN dengan sujud menyembah dan berlutut di hadapan-Nya disertai sikap tidak mengeraskan hati (95:6,8). Berbagai ekspresi umat Allah dalam ibadah tersebut mengungkapkan isi hati yang mengagungkan TUHAN. Saat beribadah, umat Allah berhadapan dengan Allah yang Mahakudus dan yang Mahakuasa, padahal umat Allah adalah manusia biasa yang hidupnya sering melanggar hukum TUHAN. Sekalipun demikian, TUHAN senantiasa berbelaskasihan pada umat-Nya. Belas kasihan TUHAN inilah yang menjadi landasan bagi umat Allah untuk senantiasa mengagungkan TUHAN dalam ibadah.
Umat Allah pasti tidak asing dengan kata "ibadah" karena gereja menyelenggarakan ibadah setiap hari Minggu dan umat Allah yang setia akan datang untuk beribadah. Akan tetapi, bagaimana sikap Anda saat beribadah? Apakah ibadah Anda hanya sekadar rutinitas yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, atau ibadah Anda diwarnai oleh perasaan kagum yang terus-menerus diperbarui karena Tuhan terus berkarya dalam hidup Anda? Bila kita jujur di hadapan Tuhan dan merenungkan semua yang telah Tuhan perbuat dalam hidup kita, ibadah akan menjadi waktu khusus untuk sungguh-sungguh mengungkapkan kekaguman dan kegentaran atas kemuliaan Tuhan, lalu kita wujudkan kekaguman dan kegentaran itu dalam hidup sehari-hari. Apakah hidup Anda sudah membuat nama Tuhan dipuji? [GI Roni Tan]