Ada dua hal yang dapat kita teladani dari doa Daniel: Pertama, Daniel berdoa berdasarkan firman Tuhan. Ia berdoa setelah memperhatikan firman Tuhan tentang berakhirnya masa pembuangan orang Israel seperti yang dijanjikan Tuhan kepada orang Israel melalui nabi Yeremia (9:2, bandingkan dengan Yeremia 25:11-12; 29:10). Daniel yakin bahwa orang Israel akan dipulihkan serta dikembalikan ke tanah Perjanjian. Janji firman Tuhan menjadi landasan bagi doa permohonan Daniel kepada Tuhan. Teladan Daniel itu tidak berarti bahwa kita tidak boleh berdoa untuk kebutuhan pribadi, melainkan berarti bahwa doa kita tidak boleh berlawanan dengan firman Tuhan. Saat berdoa untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, doa kita harus sesuai dengan firman Tuhan. Doa yang didasarkan pada ketamakan bukan hanya tidak akan dikabulkan, tetapi juga tidak berkenan di hati Tuhan. Apakah doa Anda sudah diselaraskan dengan kehendak Tuhan?
Kedua, Daniel mengaku dan memohon belas kasihan Allah karena dia menganggap dosa yang dilakukan sebagian besar orang Israel sebagai dosanya sendiri. Saat kita meminta Roh Kudus bekerja dalam doa kita, kita harus membuka diri secara jujur di hadapan Tuhan. Doa bukan alat untuk menutupi diri kita yang sebenarnya. Celakalah orang yang nampak suci saat berdoa, namun--dalam praktik kehidupan seharihari--melakukan kejahatan dan mencelakai orang lain. Ingatlah bahwa saat berdoa, kita berhadapan dengan Allah Pencipta Yang Mahatahu. Doa merupakan anugerah karena doa kepada Bapa harus berlandaskan pengorbanan Tuhan Yesus. Apakah Anda pernah meniru Daniel, yaitu berdoa memohon belas kasihan Tuhan untuk masyarakat yang berdosa di sekitar Anda? [WY]
"Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." Yakobus 4:3