Di pasal 8 ini, sang guru hikmat menekankan kembali pentingnya mendengarkan dan menaati hikmat Allah. Di bagian ini, hikmat dipersonifikasikan--personifikasi adalah gaya bahasa yang memperlakukan hikmat sebagai manusia--sebagai seorang Wanita Bijak yang berseru-seru kepada setiap orang untuk memberitakan pentingnya hikmat. Siapa yang "mendapatkan" hikmat akan "mendapatkan hidup" dan mendapat perkenanan Tuhan, sedangkan siapa yang menolak dan membenci hikmat akan mengalami kerugian sendiri dan menuju "maut" (8:35-36).
Bagian ini mengajarkan bahwa "hikmat" merupakan natur (ciri bawaan) dari Tuhan Allah Pencipta. Hikmat itu mengatakan "kebenaran" dan "keadilan" serta membenci "kejahatan", "kesombongan", "kecongkakan", dan "tipu-muslihat" (8:7-13). Di dalam seluruh karya penciptaan Allah dan di dalam ciptaan-Nya, kita dapat melihat kebesaran, keagungan, dan kedahsyatan Allah dengan hikmat-Nya (8:22-31). Semua itu seharusnya menyadarkan kita untuk mempunyai hati yang "takut akan Tuhan". Semua pembesar, para pemimpin, para raja, para bangsawan, dan para hakim yang memiliki hikmat ("takut akan Tuhan") dapat menegakkan keadilan (8:15- 16).
Dengan mendapatkan hikmat, kita akan diberkati dengan berkat yang melebihi berkat materi (kekayaan). Dengan beroleh hikmat, kita akan mendapatkan hidup, dan hidup itu adalah hidup yang kekal. Jikalau hikmat sudah memperdengarkan suaranya di mana-mana, di dalam penciptaan Allah, maka kita harus memiliki hikmat di dalam seluruh aspek kehidupan kita. Apakah saudara dan saya rindu memiliki hikmat? [A]
"Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia." Amsal 8: 35