Paulus menasihati jemaat untuk bersukacita karena ada situasi yang dapat merebut sukacita jemaat Filipi. Pertama, gangguan kesehatian. Euodia dan Sintikhe yang telah berjuang dengan Paulus dalam pekabaran Injil mengalami masalah komunikasi (4:2-3). Kedua, kekuatiran menggeroti sukacita mereka (4:6-7). Ketiga, masalah membuat mereka tidak dapat berpikir secara Kristen, sehingga sukacita hilang(4:8-9).
Penekanan "sekali lagi" (4:4) dimaksudkan agar Jemaat memperhatikan nasihat untuk tetap bersukacita dalam Tuhan. Pada kasus Euodia dan Sintike, Paulus meminta agar mereka sehati sepikir. Ia meminta warga jemaat lainnya, yaitu Sunsugos, untuk berusaha mendamaikan kedua pelayan Tuhan itu. Selanjutnya, Paulus menasihati agar mereka tidak menguatirkan masalah pribadi secara berlebihan. Kekuatiran tidak menyelesaikan masalah, malah memperumit keadaan. Mereka harus menyatakan segala keinginan mereka kepada Allah dalam doa dan ucapan syukur. Tuhan pasti akan memelihara hidup mereka. Mereka tidak boleh tunduk dan dikuasai kekuatiran, melainkan memikirkan dan melakukan segala yang baik, seperti yang diajarkan Paulus. Berpikir mengenai hal yang baik dan mulia untuk orang lain adalah langkah pertama menghindari masalah.
Paulus telah menerapkan sukacita Kristen. Dia memahami kekurangan maupun kelimpahan, karena dia telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan (4:11-12). Keadaan di luar tidak boleh mempengaruhi sukacita kita. Sukacita yang sesungguhnya tidak tergantung pada kondisi luar, tetapi pada keakraban hubungan antar sesama orang Kristen dan dengan Tuhan. Maka, Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kita semua (4:7, 9). [Souw]
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah." Filipi 4:4