Orang Benar Akan Hidup oleh Iman
Tidak ada catatan pasti tentang kapan Nabi Habakuk melayani di Yehuda. Sangat besar kemungkinan bahwa ia melayani di ujung masa pemerintahan Raja Yosia, ketika negara Babel sudah siap menyerang dan menjajah Yehuda (1:6). Serangan dari negara Babel yang akan diterima oleh Yehuda diartikan sebagai hukuman Allah terhadap ketidaksetiaan mereka sebagai umat Allah. Tetapi, yang khas dari kitab Habakuk ini adalah cara penyampaian sang Nabi bukan dalam bentuk ucapan ilahi terhadap umat Allah, tetapi suatu pergumulan pribadi antara sang Nabi dan Allah dalam bentuk percakapan antara Habakuk dan Allah. Percakapan ini lebih tepat bila disebut sebagai usaha Habakuk untuk mendebat Allah.
Ada dua pergumulan Habakuk di hadapan Tuhan. Pertama, dia bertanya-tanya mengapa Allah seperti diam dan tidak berbuat apa-apa dalam menghadapi kejahatan dan penindasan yang dilakukan oleh orang-orang Yehuda. Allah menjawab bahwa Dia akan menghukum Yehuda melalui tangan orang Babel. Jawaban Allah ini menimbulkan pergumulan kedua bagi Habakuk, yaitu mengapa Allah memakai bangsa Babel (yang jauh lebih jahat dari bangsa Yehuda) untuk menghukum Yehuda? Pergumulan ini terdapat dalam pasal 1 dan 2. Pada pasal 3, Habakuk mengemukakan suatu pengakuan iman bahwa dia menjadi seorang yang melihat dari perspektif Allah, seorang yang dengan sabar menanti Allah bertindak dan mempercayakan segenap hidupnya kepada Allah.
Apakah pergumulan Habakuk dapat dianggap sebagai mewakili orang-orang kudus di Yehuda. Mereka bergumul dengan tulus dan jujur di hadapan Allah dalam menghadapi pelbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan dalam umat Allah. Bahkan pergumulan itu kadang-kadang sampai mempertanyakan kasih dan keadilan Allah. Tetapi, pada akhirnya, orang-orang kudus itu selalu akan menemukan keyakinan bahwa mereka hidup oleh iman kepada Allah seperti yang ditunjukkan oleh Habakuk yang akhirnya bertekuk lutut di hadapan Allah, dan mengakui bahwa Allah adalah kekuatan dan persandarannya.
Orang-orang Kristen di segala zaman juga bergumul di hadapan Allah, khususnya ketika menghadapi berbagai penderitaan dan ketidakadilan, ketika Allah seolah-olah tidak bertindak, atau ketika Dia bertindak di luar pemahaman kita. Kitab Habakuk mengajak kita untuk menemukan jawaban yang berpusat pada perkataan dalam 2:4, “... tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.” [AH]
Selasa, 3 Maret 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Habakuk 1
Ketika menghadapi kondisi Yehuda yang penuh ketidakadilan dan kejahatan, Habakuk bergumul. Pergumulan ini menimbulkan pertanyaan praktis: Mengapa Allah diam dan membiarkan semua itu terjadi? (1:1-4). Allah kemudian menjawab Habakuk bahwa Dia tidak diam dan tidak membiarkan keadaan itu. Dia akan mengirim tentara Babel untuk menghukum Yehuda (1:5-11). Jawaban Allah ini menimbulkan pertanyaan teologis: Mengapa Allah yang kudus, yang tidak dapat menoleransi kejahatan, dapat menggunakan orang Babel yang jauh lebih jahat dari orang Yehuda untuk menjadi alat guna menghukum Yehuda? (1:12-17).
Dalam bacaan hari ini, kita belum mendapatkan jawaban Allah. Allah akan menjawab Habakuk pada pasal kedua. Tetapi, kita dapat membuat refleksi mendalam terhadap dua pergumulan Habakuk, yaitu tentang doa yang tidak dijawab oleh Allah (1:2) dan tentang doa yang dijawab di luar dugaan manusia (1:13). Ada kalanya kita berteriak seperti Habakuk, “Berapa lama lagi aku harus berdoa, ya Tuhan? Mengapa Engkau diam? Mengapa Engkau tidak menolong?” Di saat lain, kita kaget dan tidak mengerti mengapa Allah “menjawab” tidak sesuai dengan keinginan kita? Orang kudus di Yehuda meminta Allah campur tangan untuk menghentikan kelaliman dan ketidakadilan dalam masyarakat, tetapi yang mereka dapat adalah kehadiran tentara Babel yang jauh lebih lalim dan jahat.
Hidup dengan Allah memang merupakan suatu perjalanan penyerahan diri kepada Allah. Berjalan bersama dengan Allah berarti rela mengikuti langkah Allah. Bergerak bersama Allah berarti rela mengikuti irama “tarian” Allah. Sebagai umat Perjanjian Baru, kita memiliki jawaban yang jauh lebih utuh dibandingkan dengan Habakuk: Allah tidak diam. Hal itu dibuktikan dengan kedatangan Yesus Kristus untuk menolong dan menyelamatkan kita. Ketika Dia datang, Dia diperlakukan dengan tidak adil, Dia mengalami kekerasan dan kejahatan manusia, tetapi justru melalui semua itu, Dia menjawab kita, Dia menolong dan menyelamatkan kita. [AH]
Keluaran 3:7-8
”Dan TUHAN berfirman: “Aku telah emperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku… Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka ....”