Pelayanan gereja yang sehat selalu berkembang menjadi semakin besar. Saat gereja menjadi semakin besar, persoalan yang muncul akan menjadi semakin rumit, dan selanjutnya akan menuntut adanya pembaruan. Kondisi semacam itu terjadi pula dalam gereja mula-mula di Yerusalem. Saat itu, secara umum, anggota jemaat terbagi menjadi dua, yaitu kelompok orang Yahudi pendatang yang berbahasa Yunani dan kelompok orang Yahudi setempat yang berbahasa Ibrani. Perbedaan bahasa ini menjadi sumber masalah karena perbedaan bahasa berkaitan erat dengan perbedaan budaya. Karena mayoritas anggota jemaat adalah penduduk asli, tidak mengherankan bila anggota jemaat yang merupakan orang Yahudi pendatang kurang terperhatikan dan merasa terabaikan. Setelah para pemimpin jemaat menyadari adanya persoalan dalam pembagian kepada para janda yang merupakan penerima bantuan, kedua belas rasul memutuskan untuk memilih tujuh orang diaken guna membantu mereka dalam menangani masalah sosial, sehingga mereka bisa fokus menangani hal-hal yang berakitan dengan doa dan pelayanan firman. Menarik untuk disimak bahwa walaupun yang dipilih adalah orang yang menangani masalah sosial, persyaratannya adalah terkenal baik serta penuh Roh dan hikmat. Dalam bacaan Alkitab selanjutnya, bisa dilihat bahwa walaupun tugas utama ketujuh diaken yang terpilih adalah menangani masalah sosial, mereka tidak terikat hanya pada pelayanan sosial, tetapi mereka tetap setia melakukan tanggung jawab memberitakan Injil.
Kriteria pemilihan diaken yang dilakukan dalam gereja mula-mula di Yerusalem mengingatkan gereja pada masa kini bahwa pemilihan para pemimpin jemaat—biasanya disebut majelis gereja atau penatua, tetapi ada juga gereja yang memakai istilah diaken—tidak boleh sekadar mengadopsi kriteria pemilihan pemimpin sekuler yang umumnya mengutamakan masalah kekayaan dan pendidikan, tetapi harus memperhatikan kriteria rohani, yaitu terkenal baik serta penuh Roh dan hikmat. Perlu diingat pula bahwa di antara para diaken yang yang terpilih dalam gereja di Yerusalem, ada seorang Yahudi yang berbahasa Yunani, yaitu Nikolaus dari Antiokhia. Dengan demikian, diharapkan bisa terjadi keseimbangan antara pelayanan terhadap orang Yahudi yang merupakan penduduk asli dan orang Yahudi pendatang.
Apakah tanggung jawab pelayanan di gereja Anda telah terdistribusi secara sehat atau ada orang-orang yang mendapat beban pelayanan terlalu banyak? Bagaimana dengan orang-orang yang terpilih menjadi pemimpin di gereja Anda? Apakah para pemimpin yang terpilih merupakan orang– orang yang terkenal baik serta penuh Roh dan hikmat?