Sebagai orang percaya, kita wajib mempertimbangkan dampak tindakan kita terhadap orang lain. Kita akan menemukan kehendak Tuhan saat kita mempertimbangkan karya-Nya dalam kehidupan orang lain. Cara berpikir yang tidak berpusat pada diri sendiri ini bertentangan dengan pola pikir dunia yang mendorong kita untuk menjalani hidup berpusat pada diri sendiri (egosentris), sesuka hati, dan hanya mengurus kebutuhan diri sendiri. Pada dasarnya, sikap egosentris adalah bentuk dosa yang mendorong kita untuk menjadi terlalu mandiri. Pada akhirnya, dosa ini akan mengisolasi kita dari orang lain yang dapat kita bantu atau yang dapat menyemangati kita.
Rasul Paulus menasihati, "Jangan seorang pun mencari keuntungannya sendiri, tetapi hendaklah tiap-tiap orang mencari keuntungan orang lain." (10:24). Apa yang kita lakukan pasti berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Keputusan Abraham untuk mendengarkan Sara dengan mengambil Hagar menjadi istrinya berdampak pada sejarah dunia yang ditandai dengan timbulnya agama baru (Kejadian 16). Keputusan Akhan untuk menyimpan bagi dirinya sendiri barang-barang yang dikhususkan untuk dimusnahkan mengakibatkan kekalahan yang tidak perlu saat bangsa Israel menghadapi bangsa yang jauh lebih kecil dan lemah (Yosua 7). Keputusan Daud untuk mengikuti hasrat seksualnya mendatangkan masalah yang tidak kunjung usai dalam keluarganya (2 Samuel 12:11).
Kita bertanggung jawab untuk hidup tanpa menyakiti orang lain. Kita harus menyangkal diri dan mempersilakan Roh Kudus mematikan kecenderungan alami kita untuk mementingkan diri sendiri. Fokus pada diri sendiri akan membuat kita mengabaikan kebutuhan sesama. Milikilah rasa hormat saat berhadapan dengan sesama berdasarkan pimpinan Roh Kudus. Jangan bersikap seolah-olah kita tidak perlu bertanggung jawab terhadap orang lain, khususnya terhadap sesama orang percaya. Tuhan meminta pertanggungjawaban kita atas cara kita berhubungan dengan sesama. Jangan terlalu meyakini "kebebasan di dalam Kristus" sampai mengabaikan tanggung jawab terhadap sesama (Roma 14:15). Rasul Paulus meyakini kemerdekaannya di dalam Kristus, namun ia sangat peka terhadap apa yang dapat merugikan orang Kristen lainnya (1 Korintus 8:13). Ia sadar bahwa dosa tidak hanya berdampak pada diri sendiri, namun dapat mendatangkan penderitaan bagi banyak orang (5:6). Apakah Anda sudah meminta Tuhan membebaskan diri Anda dari sifat egois, sehingga Anda dapat dengan leluasa menjadi berkat bagi orang lain? Jadilah cermin Kristus yang menolong orang lain datang dengan sukarela dan sukacita kepada Kristus.