Roma 15:1-13

Kesenangan Diri vs Injil

20 Januari 2024
Pdt. Iwan Catur Wibowo

Di pasal 14, Rasul Paulus mengingatkan dua kubu yang berbeda pandangan dalam jemaat Roma untuk berhenti saling menghakimi. Di pasal 15 ini, ia mengajarkan sikap yang lebih radikal, terutama kepada jemaat keturunan non-Yahudi yang disebut rasul Paulus "lebih kuat imannya". Mereka diminta "menanggung kelemahan" jemaat keturunan Yahudi--yang jumlahnya minoritas--dan berhenti "mencari kesenangan mereka sendiri" (15:1-2). Artinya, mereka harus bersikap sabar, tetap bergaul, tetap mengasihi, dan menghargai keyakinan yang dianggap benar oleh saudara seiman mereka.

Pengajaran radikal di atas jelas berlawanan dengan naluri manusiawi kita. Dosa membuat manusia cenderung bersikap narsis, yakni menjadikan kesenangan pribadi sebagai tujuan hidup yang utama. Tidak mengherankan bila hukum rimbalah yang berlaku di dunia ini: Yang lemah mudah diabaikan, ditindas, bahkan disingkirkan oleh yang kuat. Oleh karena itu, wajar bila pengajaran Rasul Paulus terasa mustahil dilakukan. Namun, Rasul Paulus menunjukkan tiga cara yang akan memampukan mereka melakukannya: Pertama, bertekun dalam pengajaran Kitab Suci (15:4-5). Firman Allah akan memberi hikmat, penghiburan, dan kesabaran yang mereka perlukan untuk bisa menanggung kelemahan saudara-saudara seiman. Kedua, membayangkan hasilnya yang indah, yakni komunitas jemaat yang rukun yang bisa sehati sepikir memuliakan Allah (15:5-6). Ketiga, bercermin dari Yesus Kristus (15:3) atau bercermin pada Injil. Ia mengajak jemaat Roma keturunan non-Yahudi untuk memandang pada Tuhan Yesus sebagai Mesias yang rela mengorbankan kesenangan dan kepentingan Diri-Nya. Di kayu salib, Tuhan Yesus membuktikan kasih dan kesabaran Allah yang besar terhadap umat pilihan-Nya, yakni bangsa Yahudi (15:5-8). Bahkan, rasul Paulus menekankan bahwa pengurbanan Diri Yesus Kristus itu menghasilkan pengharapan keselamatan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi, sehingga Allah dimuliakan oleh segala bangsa (15:9-12). Injil inilah obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit narsis yang diidap oleh manusia berdosa.

Memang, tidak menyenangkan bergaul dengan orang yang 'legalis', apalagi bila kita harus menghargai keyakinan yang menurut kita tidak selaras dengan semangat Injil. Akan tetapi, Rasul Paulus menunjukkan dengan jelas hasil dari kesabaran menanggung kelemahan orang dan kerelaan mengorbankan kesenangan diri, yakni: iman kita didewasakan, iman saudara seiman kita dibangun, dan--terutama--Allah dan Tuhan Yesus dimuliakan. Maukah Anda mengorbankan keegoisan dan sikap narsis demi buah-buah Injil?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design