Rasul Paulus telah memperingatkan pihak-pihak yang berbeda pandangan di gereja Roma, bahwa kelak mereka semua pasti berhadapan dengan Sang Hakim di pengadilan ilahi (pasal 10-12). Jadi, keliru jika mereka bersikap seperti hakim atau saling menghakimi. Dalam bacaan Alkitab hari ini, Rasul Paulus melanjutkan dengan menasihati semua pihak agar berpikir dan bersikap lebih mengutamakan membangun kesatuan dan kerohanian jemaat Roma.
Rasul Paulus menunjukkan kepada mereka bahwa sikap menghakimi tidak akan mendatangkan kebaikan apa pun, bahkan mereka bisa menjadi batu sandungan bagi saudara seiman yang berbeda pendapat dengan mereka (14:13,20). Secara seimbang, ia menjelaskan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bertikai. Kepada pihak yang disebutnya "kuat iman" (jemaat non-Yahudi), ia membenarkan bahwa di dalam Kristus, mereka sudah dimerdekakan dari hukum Taurat, sehingga mereka berhak mengonsumsi makanan apa pun. Namun, ia juga mengingatkan kewajiban mereka untuk mengasihi pihak lain. Mereka tidak boleh memakai kemerdekaan mereka untuk menyakiti hati orang yang mengharamkan makanan tertentu, karena Kristus juga mengasihi dan sudah mati untuk saudara-saudara seiman mereka itu (14:15-20). Kepada pihak yang disebutnya "lemah iman" (14:21-23) Rasul Paulus menegaskan bahwa mereka berhak tetap mengharamkan makanan tertentu, namun tidak boleh memaksakan keyakinan mereka pada pihak lain. Mereka wajib menjalani pilihan mereka dengan iman, dengan kasih kepada Tuhan Yesus, bukan dengan keraguan atau dengan perasaan terpaksa. Jika hak dan kewajiban sama-sama mereka jaga, itu akan membangun satu sama lain dan pasti menghasilkan damai sejahtera di tengah gereja (14:19).
Nasihat rasul Paulus dalam bacaan Alkitab hari ini bukan hanya penting dipraktikkan dalam gereja, tetapi juga di Indonesia, karena bangsa kita yang sangat majemuk itu sangat kaya dengan perbedaan. Semua perbedaan itu bisa menjadi berkat atau kutuk, tergantung pada sikap kita dalam menyikapi perbedaan itu. Sayangnya, bakat menghakimi orang lain itu dimiliki semua orang karena kita semua telah berdosa. Jika anak-anak Allah berdisiplin mensyukuri kebebasan kita, sekaligus berdisiplin menaati hukum kasih yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus, kesatuan gereja pasti semakin tampak, kita pasti memuliakan Allah dan menjadi berkat di tengah masyarakat yang rawan terpecah oleh berbagai keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda. Apakah Anda bersedia mempraktikkan nasihat Rasul Paulus ini?