Berpuluh-puluh tahun hidup dalam pembuangan menyadarkan orang-orang Yehuda bahwa sesungguhnya, hidup jauh dari TUHAN, Allah mereka adalah kondisi yang menyedihkan. Oleh karena itu, ketika mereka mendapat kesempatan untuk pulang ke Tanah Perjanjian, mereka bertekad untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Salah satu wujud nyatanya adalah mereka berupaya untuk membangun kembali peribadatan di Bait Allah.
Beberapa usaha mereka untuk mentaati hukum Taurat dan petunjuk para nabi secara setia dapat dilihat dalam beberapa cuplikan ayat berikut ini:
- sesuai dengan yang ada tertulis dalam kitab Taurat Musa, abdi Allah (3:2);
- sesuai dengan yang ada tertulis ... sesuai dengan peraturan ... (3:4);
- mendirikan mezbah di tempatnya semula (3:3);
- menghadirkan para imam dan orang-orang Lewi "menurut petunjuk Daud, raja Israel." (3:10).
Selain bertekad untuk setia, mereka juga mempunyai sikap hati yang tulus yang diperlihatkan melalui dua respons mereka pada saat peletakan dasar rumah itu:
1. Di satu sisi, mereka menangis mengingat Bait Allah Salomo yang megah. Mereka sadar karena dosa merekalah Bait Allah tersebut dihancurkan. Mereka menyadari betapa Allah layak mendapatkan lebih.2. Di sisi lain, mereka bersorak-sorai kegirangan, sehingga orang tidak dapat lagi membedakan bunyi sorak-sorai kegirangan dan bunyi tangisan.
Walaupun Bait Allah--yang dasarnya baru mereka letakkan--tidak akan seelok Bait Allah Salomo, namun di mata Tuhan, tangis dukacita pertobatan dan sorak-sorai sukacita di dasar hati mereka lebih indah daripada bangunan Bait Allah.
Bagaimana dengan diri Anda? Adakah kerinduan di hati Anda untuk selalu hidup sesuai dengan yang tertulis dalam firman TUHAN? Di satu sisi, adakah tangis dukacita pertobatan saat Anda melihat pekerjaan TUHAN terhambat atau kemuliaan TUHAN dihina? Di sisi lain, adakah sorak-sorai sukacita dalam mengerjakan pekerjaan TUHAN di ladang tempat TUHAN menempatkan diri Anda?