Bagaimana perasaan Anda saat melihat berita di media sosial tentang koruptor yang merajalela, namun kebal hukum? Apakah Anda pernah berpikir bahwa sia-sia saja orang benar hidup jujur dan bersih karena mereka akan tetap susah atau miskin, sedangkan mereka yang korupsi begitu jaya dan tidak malu memegahkan diri sebagai orang yang bersih? Hati yang gelap karena dosa dan tidak takut akan Allah mendorong manusia untuk terus berbuat jahat. Saat hal itu terjadi, di mana TUHAN? Mengapa Ia diam? Inilah pertanyaan yang mencengkeram pemazmur dalam ayat pembuka Mazmur 10.
Mazmur 10 adalah salah satu mazmur tanpa judul yang menerangkan siapa penulisnya atau situasi tertentu dalam sejarah. Akibatnya, pertanyaan pemazmur terasa seperti pertanyaan abadi, "TUHAN, di manakah Engkau?" Ini adalah pertanyaan yang mendalam karena mazmur sebelumnya, yaitu Mazmur 9, mengajarkan bahwa Allah adalah Hakim yang adil atas seluruh dunia. Mazmur 9:13 berbunyi, "Sebab Dia yang menuntut darah, ingat kepada orang tertindas; teriak mereka tidaklah dilupakan-Nya." Namun, kenyataannya: orang jahat tetap hidup jaya dan orang lemah tetap hidup tertindas dan terlupakan. Jadi, mengapa orang jahat berhasil? Di manakah Allah, Hakim yang adil?
Secara panjang lebar, pemazmur mengeluhkan situasi ketidakadilan yang merajalela: Orang fasik dengan sombongnya melakukan berbagai kejahatan tanpa rasa takut akan penghakiman dan pembalasan dari TUHAN (10:2-4,11,13). Ada keserakahan yang mengerikan, yaitu orang fasik dengan segala cara berusaha memburu, menghadang, dan memasang perangkap untuk menindas sesamanya (10:8-10). Dengan arogan, orang fasik selalu "berkata dalam hatinya" bahwa ia tidak akan mendapat masalah, karena TUHAN tidak dapat bertindak apa-apa (10:6, 11). Orang fasik itu sombong dan agresif dalam kejahatan!
Dalam situasi yang mengerikan ini, pemazmur berseru agar TUHAN segera bertindak (10:12). Banyak kali TUHAN tampak diam dan tidak bertindak menolong. Sungguh menyakitkan melihat orang fasik lambat ditindak. Namun, pemazmur menutup bagian ini dengan sebuah keyakinan bahwa TUHAN melihat dan memperhatikan ketidakdilan yang terjadi (10:14-18). Ia akan menyatakan keadilan-Nya kepada orang fasik dan pembelaan-Nya kepada orang yang tertindas.
Allah melihat dan mengetahui segala perbuatan jahat yang dilakukan. Meskipun terkadang tampak tersembunyi, Ia peduli pada setiap ketidakadilan. Allah adalah Raja untuk selamanya. Ia akan membela yang lemah sehingga jiwa kita bisa tenang. Apakah Anda mengharapkan keadilan dinyatakan? Berharaplah pada Allah!