Piala Emas yang Mendadak Hancur
Jumat, 17 Oktober 2025
Bacaan Alkitab hari ini:
Yeremia 51
Semula, bangsa Babel seperti piala emas di tangan TUHAN (51:7). Piala emas biasa dipakai sebagai peralatan minum untuk raja. Penyebutan Babel sebagai piala emas menunjukkan bahwa Allah menghargai tugas bangsa Babel sebagai palu godam untuk menjatuhkan hukuman kepada bangsa-bangsa (51:20-23), terutama kepada umat Yehuda yang telah meninggalkan TUHAN dan menyembah ilah-ilah lain. Sayangnya, bangsa Babel melaksanakan tugasnya secara berlebihan. Tindakan mereka sangat kejam. Mereka memang diizinkan untuk menghancurkan kota Yerusalem dan Bait Suci yang ada di kota itu. Akan tetapi, setelah merampas berbagai peralatan berharga yang terbuat dari emas yang terdapat di Bait Suci, peralatan itu dipakai untuk berpesta, dan kesucian peralatan yang mereka rampas dinodai melalui penggunaan yang tidak semestinya. Tindakan bangsa Babel yang berlebihan itu bisa disebut sebagai tindakan menantang TUHAN (lihat renungan Yeremia 50). Selain itu, walaupun telah menjadi alat di tangan TUHAN, bangsa Babel tetap meneruskan kebiasaan menyembah berhala. Kesalahan bangsa Babel akhirnya tidak bisa ditoleransi lagi. Oleh karena itu, bangsa Babel yang telah dipercaya menjadi palu godam di tangan TUHAN itu akhirnya harus menerima hukuman TUHAN (51:8-12). Peristiwa penaklukan Kerajaan Babel oleh Kerajaan Media-Persia—Belsyazar, raja Babel terakhir, dibunuh oleh Raja Darius—dituliskan secara amat singkat dalam Daniel 5:30-6:1.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita akan beberapa hal penting: Pertama, bila kita menjadi alat yang dipakai TUHAN untuk melaksanakan rencana-Nya, kita tidak boleh bersikap sombong dan bertindak berlebihan. Saat seseorang merasa telah sukses, dia bisa berubah menjadi orang yang bertindak sewenang-wenang dan melupakan batas-batas moral. Kita harus ingat bahwa kesuksesan kita merupakan anugerah Allah dan Allah akan menghukum kita bila kita menjadi lupa diri dan bertindak di luar batas. Kedua, bila kita sedang berada di puncak kesuksesan, ingatlah bahwa kita tetap harus tunduk kepada kehendak Allah. Walaupun kita pernah dipakai Allah untuk melakukan hal-hal besar, bila kita lupa diri dan mengabaikan kehendak Allah, kita tidak akan luput dari hukuman Allah. Dalam sejarah kekristenan, kita mengenal kisah-kisah menyedihkan tentang orang-orang yang dipakai Allah secara luar biasa, tetapi kemudian lupa diri dan jatuh dalam dosa seksual atau dalam hal memanipulasi keuangan, sehingga kesuksesan mereka berakhir dengan kisah menyedihkan. Saat Anda meraih sukses, apakah Anda tetap bersedia merendahkan diri di hadapan Allah dan selalu bersikap waspada agar tidak jatuh ke dalam dosa?