Pengkhotbah 7:1-22

Lebih Baik ke Rumah Duka

30 Juli 2025
Pdt. Abadi

Pengkhotbah berkata, "Pergi ke rumah duka lebih baik daripada pergi ke tempat pesta." (7:2). Mungkin Anda pernah mendengar kalimat atau ayat ini dikhotbahkan di rumah duka. Jika Anda ditanya, "Apakah Anda lebih suka ke rumah duka atau ke tempat pesta?" Bagaimana Anda menjawab? Saya yakin bahwa Anda akan lebih memilih untuk pergi ke tempat pesta karena manusia pada umumnya menghindari segala sesuatu yang berkaitan dengan kematian. Kematian mendatangkan kesedihan dan kesusahan hati bagi orang-orang yang ditinggalkan. Akan tetapi, Pengkhotbah mengatakan bahwa pergi ke rumah duka lebih baik daripada ke tempat pesta karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia. Di rumah dukalah kita belajar bahwa hidup manusia itu sia-sia (menguap). Sedangkan di tempat pesta, kita tidak pernah memikirkan kehidupan manusia. Di rumah duka, kita belajar bahwa manusia itu lemah, rapuh, dan hidupnya hanya sementara serta seperti "uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap" (Yakobus 4:14). Pandangan terhadap kehidupan—yang tercermin dari apakah dia lebih suka berada di rumah duka atau di tempat pesta (7:4)—merupakan salah satu faktor pembeda apakah seseorang itu berhikmat atau bodoh.

Sang Pengkhotbah mengingatkan kita bahwa hikmat itu penting, "sama baiknya dengan warisan" (7:11) dan bahwa hikmat itu dapat memberi perlindungan (7:12). Pengkhotbah juga berkata bahwa ia pernah memperbesar dan menambah hikmat ... telah memperoleh banyak hikmat dan pengetahuan, ... tetapi ... hal ini juga sia-sia (atau usaha menjaring angin) (1:16-17).

Apakah hikmat yang paling penting itu? Pengkhotbah berkata, "Perhatikanlah apa yang dibuat Allah! Siapa dapat meluruskan apa yang telah dibengkokkan-Nya?" (7:13). Sebelumnya, Pengkhotbah sudah memberikan jawaban, yaitu "yang bengkok tak dapat diluruskan" (1:15). Artinya, tidak ada seorang pun yang dapat mengubah apa pun yang telah ditetapkan (termasuk, yang telah dibengkokkan) oleh Allah. Bahkan, kata Pengkhotbah, "hari malang ini pun dijadikan Allah seperti juga hari mujur" (7:14). Semuanya ini perlu dipahami agar manusia hidup dalam takut akan Allah dan bergantung kepada-Nya. Kita boleh memperbanyak hikmat dan pengetahuan, tetapi ada satu hikmat yang paling penting, yaitu "takut akan Tuhan" (7:18). Takut akan Tuhan membuat hidup kita tidak "menguap" begitu saja. Apakah Anda ingin memperolah hikmat yang paling utama? Jika ya, pergilah ke rumah duka untuk belajar! Saat keluarga Anda atau teman Anda meninggal, apakah Anda menghindar karena takut atau Anda sudah membiasakan diri untuk datang dan belajar dan menjadi lebih bijaksana?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design