Minggu, 15 Maret 2015
Bacaan Alkitab hari ini: Mazmur 87-88
Mazmur ini adalah keluhan-keluhan kepada Allah yang diwarnai oleh rasa dukacita. Apa yang membuat pemazmur berdukacita? Pertama, dia merasa bahwa dirinya penuh dengan kesengsaraan (88:4-5). Kedua, dia merasa seperti orang sedang sekarat yang hatinya hancur karena sedih, bahkan dia merasa menjadi seorang yang tidak diingat Tuhan lagi (88:6). Ketiga, dia merasa sedang menghadapi murka Allah (88:8). “Pecahan ombak” dalam 88:8 merupakan gambaran tentang berbagai pergumulan hidup yang menghantam dirinya. Keempat, penderitaannya semakin bertambah ketika sahabat-sahabatnya meninggalkan dia sebagai orang asing (88:9).
Alasan-alasan di atas membuat pemazmur merasa bahwa apa yang dialaminya membuat dia tidak bisa ditolong lagi dan sangat menyedihkan, bahkan dia merasa bahwa dirinya tidak berdaya untuk menghadapi kondisi di atas. Bahkan, di akhir mazmur ini pun tidak ada catatan bahwa Allah memberikan pertolongan kepada pemazmur.
Namun, hal menarik yang dapat dipelajari di sini adalah bahwa meskipun Allah seperti tidak menjawab doanya, dia tidak pernah berhenti berharap (88:2, 3, 14). Adanya pengharapan membentuk sikap yang tidak putus asa dan tetap percaya kepada Allah meskipun seolah-olah tidak ada jawaban atas doanya.
Apa yang dialami oleh pemazmur kerapkali juga dialami oleh anak-anak Tuhan di segala zaman. Acapkali pada waktu menantikan jawaban doa, Tuhan seperti “tidak menjawab.” Namun, kita diajar untuk tidak pernah berhenti berharap kepada Tuhan. Mungkin saja doa kita belum dijawab karena belum waktunya, atau doa kita tidak dijawab karena tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Yang terpenting adalah kita harus tetap percaya dan berharap kepada Tuhan karena itulah yang Dia kehendaki bagi setiap anak-anak-Nya. [YU]
1 Tesalonika 5:17
”Tetaplah Berdoa.”