2 Timotius 4:9-22

Hamba yang Setia Melayani Sampai Akhir

26 November 2025
GI Michael Tanos

Walaupun tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat, Rasul Paulus menghadapinya tanpa rasa takut atau putus asa. Dia meminta agar Timotius segera datang ke kota Roma dan membawa beberapa barang pribadinya, yaitu mantel dan kitab-kitab, terutama kitab yang terbuat dari kulit (disebut perkamen). Kitab dan perkamen itu mungkin adalah salinan Kitab Suci dan tulisan-tulisan Rasul Paulus sendiri. Dia terus belajar dan mengajar/menulis setiap memiliki kesempatan. Saat akan dihukum mati pun, ia masih memikirkan pelayanannya. Ia adalah teladan dalam kesetiaan untuk "hidup bagi Tuhan". Situasi dan kondisi di sekeliling kita tidak boleh memadamkan tekad untuk melayani. Rasul Paulus menasihati, "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya." (4:2). Dalam segala keadaan, semangat untuk melayani Tuhan tidak boleh kendur. Hal ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu bertanggung jawab di luar pelayanan! Orang yang melayani Tuhan tetap harus bertanggung jawab dalam bekerja agar tidak dipecat dari pekerjaannya dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Kewajiban dalam keluarga serta tanggung jawab sosial tidak boleh diabaikan. Sikap tidak bertanggung jawab akan mempermalukan Tuhan.

Di akhir surat ini, Rasul Paulus menyebutkan nama rekan pelayanan yang setia maupun yang sudah meninggalkan Tuhan sebagai pelajaran bagi Timotius dan bagi kita saat ini. Demas—yang meninggalkan pelayanan karena mencintai dunia ini—dan Aleksander—yang telah sering berbuat jahat—tentu saja amat mengecewakan. Rasul Paulus pernah marah kepada Markus yang meninggalkan tim misi (Kisah Para Rasul 15:37-39). Akan tetapi, ia masih mau menerima Markus kembali, bahkan ia menganggap pelayanan Markus itu penting (2 Timotius 4:11). Rasul Paulus tidak membiarkan rasa kecewa berkembang menjadi dendam dan menghilangkan kasih kepada rekan-rekannya. Ketika Rasul Paulus diadili pertama kali, tidak ada teman yang mendampingi, sehingga ia harus membela diri sendirian. Ia mengemukakan hal ini bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk membagi keyakinan bahwa Allah mendampingi dan menolong (4:16-17). Saat itu, situasi memang sangat berbahaya bagi orang Kristen. Mereka diburu, ditangkap dan dibunuh. Terang-terangan mendukung Rasul Paulus menghadapi pengadilan Romawi sama saja dengan menyerahkan diri untuk dibunuh. Rasul Paulus tidak membiarkan pikiran negatif menguasainya. Dia hanya mengingat kasih Allah yang menopang pelayanannya. Proses pengadilan justru ia pakai sebagai kesempatan untuk memberitakan Injil (4:17, bandingkan dengan Kisah Para Rasul 26).Apakah Anda telah berusaha memanfaatkan setiap kesempatan untuk memberitakan Injil?

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.
Yakobus 5: 16


www.gky.or.id | Gereja Kristus Yesus Copyright 2019. All rights Reserved. Design & Development by AQUA GENESIS Web Development & Design