Perkataan Pengkhotbah pada zamannya masih relevan dengan kondisi saat ini. Kita masih menemukan adanya penindasan terhadap orang miskin. Hukum dan keadilan diputarbalikkan oleh penguasa atau pejabat tinggi demi mendapat keuntungan atau kekayaan yang besar. Oleh sebab itu, dalam pandangan Pengkhotbah, adalah menguntungkan jika raja sebagai penguasa tertinggi—sebagai raja yang benar, bukan raja yang lalim—mengawasi secara langsung tanah yang dikelola untuk mencegah—atau setidaknya mengurangi—tindakan korupsi oleh para pejabat lain yang berada di bawah kekuasaannya. Inilah salah satu kondisi dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa!
Segala sesuatu adalah sia-sia (menguap), termasuk keuntungan atau kekayaan. Jika seseorang mencintai kekayaan atau uang, ia tidak akan pernah puas dengan uangnya. Pengkhotbah juga mengamati bahwa makin melimpah harta, makin banyak orang yang menghabiskannya (5:10). Kekayaan seseorang juga dapat menguap karena ketidakberuntungan, sehingga dia tidak dapat memberi kepada keluarganya. Orang yang kaya juga tidak dapat membawa kekayaannya bersamanya pada waktu dia meninggal dunia. Ada pula orang yang memiliki banyak harta dan menghabiskannya untuk meraih kesenangan duniawi, memuaskan hawa nafsu, serta berfoya-foya. Semua kekayaan yang ia kumpulkan akhirnya sia-sia (menguap).
Bagaimana sikap Anda dalam hal mengumpulkan harta di dunia? Sang Pengkhotbah memberikan nasihat yang baik, yaitu kita harus "belajar untuk merasa puas" agar bisa menghindar dari rasa frustrasi yang muncul karena tidak bisa memperoleh kekayaan sebanyak yang diinginkan. Pengkhotbah memberikan sebuah contoh yang sangat ekstrem untuk kita agar kita dapat belajar merasa puas. "Jika orang mempunyai seratus anak dan hidup lama sampai mencapai umur panjang, tetapi ia tidak mendapat kepuasan dari hal yang baik itu, bahkan tidak mendapat penguburan, menurutku, anak gugur (dalam kandungan) lebih baik dari pada orang ini." (6:3).
Marilah kita belajar menikmati hasil jerih payah kita sebagai bagian yang telah disediakan Allah untuk kita. Nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, anak rohaninya, sangat baik bagi anak-anak Allah, yaitu : "Memang kesalehan itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab, kita tidak membawa apa pun ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. … Sebab, akar segala kejahatan ialah cinta uang …" (1 Timotius 6:6-10). Apakah Anda merasa puas dengan apa yang Anda miliki?