Penulis Amsal memberi peringatan tentang dosa menyangkut tiga isu keuangan, yaitu: kecerobohan (6:1-5), kemalasan (6:6-11), dan penipuan (6:12-19; ayat 16-19 dapat dianggap sebagai bagian terpisah). Secara umum, masalah dosa dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi pelaku dan sisi korban. Dari sisi mana pun, penulis Amsal memperlihatkan bahwa karakter yang menonjol dari orang yang berhikmat adalah kesetiaan, baik di dunia bisnis maupun dalam pernikahan. Penulis—melalui figur ayah—memperingatkan tentang dosa perzinaan (6:20-35).
Isu pertama, dalam budaya Israel masa itu, posisi sebagai penanggung (penjamin hutang) rentan dimanfaatkan oleh tertanggung. Penjamin yang terlalu memercayai tertanggung bisa membuat ia menjadi lengah. Pepatah-pepatah kuno Israel menjelaskan bahwa para penanggung sering mengalami kerugian yang tidak setimpal dengan niat baik menolong kerabat atau sahabat yang terlilit hutang. Dalam konteks bacaan Alkitab hari ini, anak muda menjadi penjamin orang asing (6:1-5). Isu kedua, sang ayah memperingatkan si pemuda tentang dosa kemalasan (6:6-11) yang berdampak buruk terhadap etos kerja. Secara terus terang, sang ayah menegur si pemuda dengan menyebutnya sebagai "pemalas". Dalam konteks ini, si pemuda tidak dalam keadaan cacat atau tidak berdaya. Dengan gaya sarkasme—dalam bentuk dialog dan humor—sang pemalas dibandingkan dengan semut sebagai ciptaan Tuhan yang jauh lebih kecil dari manusia. Agar bisa menerima teguran, si pemuda harus merendahkan hati untuk becermin dari semut yang sangat kecil serta menilai diri sendiri secara jujur. Isu ketiga, dusta dan kelicikan dibenci Tuhan (6:12-19). Isu ini mencakup sikap sombong, ucapan dusta, tangan yang menumpahkan darah, otak yang merencanakan kejahatan, kaki yang berlari menuju kejahatan, lidah yang memberi kesaksian dusta, dan pribadi yang suka berselisih.
Kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat kita harus menghadapi berbagai pencobaan di dunia ini. Akan tetapi, kasih dan kesetiaan TUHAN yang dinyatakan melalui Yesus Kristus jauh lebih besar daripada masalah yang kita hadapi. Kasih yang sejati inilah, yang menjadi dasar bagi kita untuk hidup setia serta takut dan hormat kepada TUHAN. Apakah Anda telah memiliki kasih yang membuat Anda rindu untuk melakukan yang terbaik untuk TUHAN dan sesama? Sebagai pengikut Kristus yang berhikmat, apakah Anda memiliki kerinduan agar kasih dan kesetiaan Tuhan dapat dirasakan oleh orang-orang di sekeliling Anda? Percayalah bahwa ketika Anda menjadi pribadi yang berhikmat, kesetiaan Tuhan akan membuat Anda menghindar, bahkan menang atas dosa-dosa yang menjijikkan bagi Allah (6:16-19).