Kita mungkin pernah mendengar prinsip bahwa menegur orang yang bersalah itu hendaknya dilakukan secara pribadi, jangan secara terbuka di depan umum supaya tidak mempermalukan orang itu. Menasihati secara pribadi adalah prinsip yang baik. Akan tetapi, mengapa Rasul Paulus menegur kesalahan Rasul Petrus di depan umum (terang-terangan menentangnya, 2:11). Lebih-lebih, Rasul Petrus adalah pemimpin yang terpandang dalam jemaat. Apakah Rasul Paulus berniat mempermalukan?
Tentu saja, teguran secara terbuka itu bukan dimaksudkan untuk mempermalukan, tetapi untuk mencegah berkembangnya pemahaman keliru tentang Injil. Perhatikan latar belakang masalah ini! Di pasal 1, Rasul Paulus membela Injil Kristus dari guru-guru palsu yang mencoba memutarbalikkan Injil. Dia melawan dengan keras karena guru-guru palsu itu memberitakan injil palsu (1:6-10). Di pasal 2, Rasul Paulus pergi ke Yerusalem untuk melaporkan pemberitaan Injil yang ia lakukan kepada orang-orang non-Yahudi (2:2). Para rasul mengonfirmasi bahwa Injil yang diberitakan Rasul Paulus kepada orang bukan Yahudi sama seperti Injil yang diberitakan Rasul Petrus kepada orang Yahudi (2:7-9). Dalam 2:11-14, Rasul Petrus mengunjungi jemaat di Antiokhia yang mayoritas merupakan orang non-Yahudi. Semula, Rasul Petrus bergaul dan makan sehidangan dengan mereka. Akan tetapi, setelah orang dari kalangan Yakobus datang, ia berubah dan menjauhi orang non-Yahudi karena ia takut terhadap saudara-saudara yang bersunat. Sikap Rasul Petrus itu tidak sejalan dengan Injil yang ia beritakan! Rasul Paulus menegur secara terbuka karena sikap Rasul Petrus tidak sesuai dengan berita Injil! Walaupun Rasul Petrus pasti meyakini bahwa Injil itu benar dan dapat dipercaya, perbuatannya tidak sesuai dengan keyakinannya. Tindakan Rasul Petrus membuat Barnabas dan orang-orang Yahudi lainnya menjadi ikut berlaku munafik. Mereka juga menjauhkan diri dari orang Kristen non-Yahudi. Jelas bahwa teguran keras Rasul Paulus bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan reputasi Rasul Petrus, tetapi untuk menyadarkan dia dan orang Yahudi yang lain agar kembali kepada Injil yang benar.
Kita bukan hanya perlu meyakini bahwa Injil itu baik dan benar, tetapi cara hidup kita juga harus disesuaikan dengan Injil Kristus. Apakah Injil sudah mempengaruhi setiap bidang kehidupan Anda? Apakah cara Anda bekerja sudah sesuai dengan Injil? Apakah cara Anda berhubungan dengan orang lain sudah sesuai dengan Injil? Apakah cara Anda menggunakan uang sudah sesuai dengan Injil? Apakah cara Anda berlibur sudah sesuai dengan Injil? Apakah kebenaran Injil sudah mempengaruhi seluruh bidang kehidupan Anda?