Doa setiap orang percaya seharusnya membentuk kerohanian. Melalui doa, kita menjalin relasi yang intim dengan TUHAN. Hana merupakan teladan dalam membangun kehidupan rohani melalui doa. Saat doanya dijawab TUHAN, Hana tidak lupa menepati nazarnya, yaitu menyerahkan Samuel—anak yang ia kasihi—untuk melayani TUHAN (1:11). Walaupun ia bisa berdoa meralat nazarnya agar TUHAN tidak mengambil anaknya, Hana tidak melakukan hal itu. Ia sadar betul bahwa TUHAN akan melakukan perkara-perkara besar bagi Israel melalui anaknya untuk mencapai tujuan Allah.
Dalam pasal ini, kita dapat melihat bagaimana Hana memuji Allah dalam doanya. Setidaknya ada lima bagian yang dapat kita renungkan: Pertama, Hana bersukacita dan bersyukur kepada TUHAN karena TUHAN adalah tanduk kekuatan baginya yang memberikan kemenangan atas musuh-musuhnya (2:1). Tuhan telah membuka buah kandungannya, sehingga tidak ada lagi orang yang dapat mencemoohkannya. Kedua, Hana mengungkapkan keagungan dan kekudusan TUHAN (2:2-3). Tidak ada Allah seperti Allah Israel. Oleh sebab itu, manusia tidak punya porsi sedikit pun untuk menyombongkan diri. Ketiga, Hana melihat kisah hidupnya sebagai bagian dari rencana TUHAN (2:4-8). TUHAN berkuasa dan berdaulat atas hidup dan mati manusia, Dia berkuasa membuat manusia kaya atau miskin, ditinggikan atau direndahkan, menegakkan orang yang hina dari dalam debu, dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur serta memberikan kehormatan. Keempat, Hana merasakan perlindungan TUHAN dan melihat karakter Allah dalam kekudusan dan keadilan-Nya (2:9-10a). TUHAN menjaga dan melindungi orang-orang yang dikasihi-Nya. TUHAN sendirilah yang akan menghancurkan dan menghakimi orang yang memberontak kepada-Nya. Kelima, Hana melihat keselamatan yang akan datang dari TUHAN, yaitu Ia memberikan raja yang akan memerintah atas Israel (2:10b). Merupakan pernyataan yang luar biasa bahwa TUHAN akan memberikan raja yang diurapi kepada Israel.
Melalui pujian syukur yang dipanjatkan Hana, kita menemukan bahwa Hana telah mengalami transformasi spiritual dalam hidupnya. Semula, ia penuh dengan keputusasaan, tak berpengharapan, frustrasi, terluka, serta bergumul dengan diri sendiri, orang lain, dan TUHAN, kemudian berubah menjadi penuh pengharapan. Rasa sakit hati berubah menjadi penuh pujian. Rasa dukacita berubah menjadi penuh sukacita. Apakah kehidupan doa Anda menunjukkan bahwa Anda telah mengalami perubahan menjadi makin mengenal Allah?