Doa—yang muncul dari kedalaman hati sang nabi untuk pemulihan negeri—dipanjatkan kepada TUHAN Allah. Pasal terakhir dalam kitab Ratapan ini merupakan seruan pengharapan untuk menantikan belas kasihan dan kemurahan Allah.
Seruan ratapan yang dinaikkan kepada Allah ini memohon supaya Allah mengingat dan memulihkan keadaan umat-Nya. "Ingatlah, ya TUHAN, ... pandanglah dan lihatlah ...." (5:1) merupakan ratapan yang membuka pasal ini. Sang nabi dengan jelas memperlihatkan keadaan umat yang terluka, ditinggalkan dan dimurkai oleh Allah. Bagian ini memperlihatkan betapa celaka dan nestapanya rakyat Yehuda karena kenajisan hidup mereka. Yerusalem menjadi wilayah jajahan. Seluruh lapisan masyarakat—mulai dari yang tua hingga yang muda, pemimpin hingga pelayan—diinjak-injak! Bukit Sion menjadi tandus karena kemuliaan telah meninggalkan umat Allah! Kesengsaraan inilah yang membuat Nabi Yeremia meratap kepada Allah agar Dia mengingat umat-Nya yang berada dalam keadaan begitu perih dan terluka.
Saat berada dalam keadaan habis-habisan dan mengerikan inilah, Nabi Yeremia menaikkan sebuah doa, yakni seruan permohonan yang mengungkapkan keyakinan kepada Tuhan, Allah yang memiliki takhta, kuasa, dan kemuliaan. Sang nabi meratap dan memohon agar Allah memulihkan, membarui, dan mengembalikan umat Allah menjadi seperti sedia kala, yaitu umat yang kembali kepada Pemiliknya dan menjadi bangsa yang memancarkan kemuliaan TUHAN, Allah mereka. Jadi, pemulihan ini bukan semata-mata demi kejayaan umat, melainkan bahwa akhir dari seluruh rangkaian ratapan sang nabi adalah agar TUHAN Allah dimuliakan.
Melalui rangkaian perenungan Kitab Ratapan ini, Allah mengingatkan melalui firman-Nya, bahwa barangkali inilah waktunya bagi umat Tuhan untuk mengambil jalan ratapan. Meratap berarti melakukan 5 hal: Pertama, kita memuji keagungan dan kuasa Allah. Kedua, kita menunjukkan usaha untuk berlari dan berpaut kepada-Nya. Ketiga, kita menempuh jalan keintiman rohani dengan Pemilik hidup kita. Keempat, kita berdoa dengan kejujuran dan kesungguhan di hadapan-Nya. Kelima, kita turut mengambil bagian dalam kepedihan dan kesengsaraan orang lain di sekitar kita.