Bacaan Alkitab hari ini : 1 Korintus 14:1-25
Dalam sejarah gereja, terdapat banyak kelompok orang Kristen yang sangat mengagungkan karunia berbahasa roh, termasuk jemaat di kota Korintus. Di awal pasal 12, Rasul Paulus mengatakan bahwa dia menginginkan agar jemaat Korintus mengetahui ajaran yang benar tentang karunia-karunia Roh (12:1). Di awal pasal 14, Rasul Paulus melanjutkan uraian tentang pentingnya kasih dalam pasal 13 dengan mengingatkan jemaat Korintus untuk mengejar hal yang paling utama dalam kehidupan Kristen, yaitu memiliki kasih (14:1). Kasih menjadi alasan dan dorongan bagi orang percaya untuk memakai karunia rohani yang ada padanya guna kepentingan bersama.
Selanjutnya, Rasul Paulus menjelaskan bahwa karunia yang paling berguna untuk dimiliki oleh orang percaya adalah karunia bernubuat, bukan karunia berbahasa roh. Di satu sisi, karunia berbahasa roh adalah karunia berbahasa tertentu‒yang tidak dimengerti manusia‒yang digunakan untuk berdoa kepada Allah (14:2). Bahasa roh tidak ditujukan kepada manusia, melainkan kepada Allah, sehingga pemakaian bahasa roh hanya bermanfaat untuk membangun diri sendiri. Dengan bahasa Roh, seseorang bisa mengungkapkan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan, (bandingkan dengan Roma 8:26). Rasul Paulus tidak bermaksud meremehkan atau menolak karunia berbahasa roh. Akan tetapi, agar bahasa roh itu berguna bagi orang lain, ia meminta agar orang yang memiliki karunia berbahasa roh berdoa juga agar Allah memberikan karunia untuk menterjemahkan bahasa roh, sehingga orang yang berdoa bersama-sama dengan dia dapat mengerti apa yang ia doakan (14:13). Di sisi lain, karunia bernubuat bersifat membangun, menasihati dan menghibur (14:3), sehingga karunia ini bermanfaat untuk anggota jemaat yang lain. Secara khusus, karunia bernubuat ini sangat bermanfaat saat ada orang baru atau orang tidak beriman yang datang ke dalam gereja, karena karunia bernubuat menumbuhkan iman. Sebaliknya, karunia berbahasa Roh membingungkan (14:23-25). Rasul Paulus meminta jemaat Korintus untuk bersikap dewasa dalam menggunakan karunia rohani yang ada pada mereka (ay. 20-22). Jangan memamerkan karunia yang tidak memberi faedah bagi orang lain. Seharusnya, karunia digunakan untuk membangun orang lain karena kita mengasihi Tuhan dan gereja-Nya. [GI Wirawaty Yaputri]