Raja Daud begitu rindu untuk membangun rumah bagi TUHAN yang telah menuntun dia dari masa muda sampai masa tuanya. Dia telah merasakan tuntunan TUHAN sejak ia masih menjadi gembala domba ayahnya, dan tuntunan TUHAN itu terus ia rasakan sampai ia menjadi raja Israel. Sayangnya, kerinduan Daud untuk membangun rumah Allah itu ternyata tidak sesuai dengan keinginan TUHAN, karena TUHAN justru memberikan wewenang untuk membangun rumah Allah itu kepada Salomo, anak Daud. Sekalipun demikian, Raja Daud mengetahui dan mendukung rencana Tuhan tersebut. Dengan bersemangat, Daud mengungkapkan dukungannya dengan mengumpulkan persediaan untuk membangun rumah Allah (29:2), bahkan harta pribadinya yang berupa emas dan perak pun turut ia persembahkan (29:3). Teladan Raja Daud dalam memberi persembahan ini diikuti oleh para pimpinan suku Israel (29:6-7). Mereka bersemangat untuk memberikan persembahan kepada TUHAN dengan dilandasi kasih kepada Allah dan kerelaan mempersembahkan.
Dalam kehidupan bergereja, kita pasti sudah terbiasa memberi persembahan. Akan tetapi, marilah kita melakukan evaluasi terhadap praktik persembahan yang kita lakukan: Apakah Anda memberi untuk kepentingan TUHAN atau orientasi Anda adalah agar Anda makin diberkati TUHAN? Apakah Anda memiliki kerelaan hati dalam memberi persembahan? Apakah Anda memberi persembahan karena mengasihi TUHAN dan pekerjaan-Nya melalui gereja? Ingatlah bahwa memberi persembahan merupakan ungkapan penyembahan dan kasih kepada TUHAN yang telah lebih dulu mengasihi dan memberkati kehidupan kita. [R]
"Aku tahu, ya Allahku, bahwa Engkau adalah penguji hati dan berkenan kepada keikhlasan, maka aku pun mempersembahkan semuanya itu dengan sukarela dan tulus ikhlas." 1 Tawarikh 29:17a