Ayub sangat kecewa terhadap ketiga sahabatnya. Walaupun penampilan mereka seperti orang bijaksana, perkataan mereka tidak menghibur. Mereka memberi pengajaran moral yang klise tanpa memeriksa lebih dulu pengalaman Ayub yang sebenarnya. Oleh sebab itu, Ayub mengecam mereka dalam dua hal: Pertama, Ayub menyindir sikap mereka yang menganggap diri mereka sebagai orang paling bijak sedunia, sehingga bila mereka mati, hikmat juga akan hilang dari dunia (12:2). Menurut Ayub, kebanggaan mereka salah, karena binatang dan alam pun diberi hikmat oleh Allah (2:7-11). Hikmatnya tidak kalah dibandingkan mereka, "Apa yang kamu tahu, aku juga tahu, aku tidak kalah dengan kalian" (13:1). Kedua, Ayub menuduh mereka sebagai saksi palsu yang berani berbohong dan berkata dusta demi nama Allah (13:7-11). Ayub menyarankan agar mereka diam supaya tidak dihukum Allah (13:12-13).
Dalam pembelaannya, Ayub menyelingi kecamannya kepada teman-temannya dengan pujian dan permohonan kepada Allah. Dalam pujiannya, Ayub memberitakan kemahakuasaan Allah yang mengendalikan alam, mengangkat dan menurunkan raja serta pemimpin dunia, dan membuat bangsa-bangsa hidup bahagia (12:12-25). Dalam permohonannya, Ayub meminta supaya Allah melindunginya agar tidak menyimpang dari kebenaran-Nya, supaya ia tidak dihukum Allah (13:17-28).
Walaupun para sahabat--yang diharapkan menghibur dan menolong--justru menambah beban, Ayub tidak putus asa. Sumber pengharapan sesungguhnya adalah pada karakter Allah dan belas kasihan-Nya. Apakah Anda merasakan hal yang sama? Apakah Anda pernah ditinggalkan orang-orang dekat ketika terpuruk? Manusia tidak selalu dapat diandalkan. Datanglah kepada Allah yang selamanya setia dan tidak pernah mengecewakan Anda. [TF]
"Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." Mazmur 55:23