Bacaan Alkitab hari ini : Keluaran 3:15-4:31
Saat Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk kembali ke Tanah Mesir guna memimpin umat Israel keluar dari sana, ia telah berusia sekitar 80 tahun (Keluaran 7:7). Pada usia yang telah lanjut itu, ternyata bahwa kepribadian Musa telah berubah bila dibandingkan dengan kondisinya saat masih muda. Ia nampak menjadi lebih penakut bila dibandingkan dengan saat masih tinggal di Mesir sekitar 40 tahun sebelumnya. Saat masih muda, Musa meyakini bahwa Allah akan memakai dirinya untuk menolong bangsa Israel (bandingkan dengan Kisah Para Rasul 7:23-25). Dengan mengandalkan kekuatan tangannya, ia berani membunuh seorang Mesir yang sedang menganiaya seorang Ibrani (Keluaran 2:11-12). Sikap kepahlawanan seperti itu sangat berbeda bila dibandingkan dengan sikap Musa dalam bacaan Alkitab hari ini. Saat Allah mengutus Musa untuk pergi ke Mesir, Allah memakai tongkat yang ada di tangan Musa sebagai perlengkapan bagi Musa. Walaupun tongkat itu sederhana dan tidak sebanding dengan perlengkapan senjata pasukan Mesir, tongkat itu merupakan alat yang hendak dipakai Allah Sang Pencipta untuk menunjukkan kuasa-Nya (4:2-9). Semestinya, Musa bisa pergi ke Mesir melaksanakan panggilan Tuhan dengan langkah ringan. Namun, ternyata Musa menolak tugas yang Allah berikan kepadanya sampai tiga kali (4:1, 10, 13). Hal itu membuat Allah murka. Akhirnya, Musa tidak dapat mengelak lagi dan ia harus menjalankan panggilan Allah (4:14).
Saat berusia 80 tahun, Musa telah berkeluarga dan telah memiliki pekerjaan yang dapat ia nikmati. Nampak bahwa Musa enggan meninggalkan zona nyamannya. Selain itu, Musa tidak siap menerima penolakan dari orang-orang Israel. Agaknya pengalaman di Mesir sekitar 40 tahun sebelumnya (2:14) masih menimbulkan trauma. Jelaslah bahwa menyaksikan secara langsung kuasa yang ajaib dari Allah tidak membuat Musa menjadi taat untuk melakukan panggilan-Nya.
Setiap pengikut Kristus adalah rekan kerja Allah yang bertanggung jawab untuk memperbesar Kerajaan-Nya (1 Petrus 2:9). Saat melaksanakan tanggung jawab itu—seperti Musa—mungkin kita harus berhadapan dengan berbagai macam tantangan yang membuat kita harus keluar dari zona nyaman. Yang dituntut dari diri kita adalah kerelaan menun-dukkan diri dan menaati kehendak-Nya, kegigihan mengatasi segala tantangan, serta tekad untuk menyingkirkan keraguan. [ECW]