Dalam ucapan kedua, Zofar berusaha meyakinkan Ayub bahwa ia adalah orang bijak yang penuh pengalaman. Ia memulai ucapannya secara jujur menyatakan tersinggung karena dihina Ayub, namun ia berjanji untuk tidak terpancing oleh Ayub untuk menyerang balik dalam kebodohan (20:2-3). Setelah gagal untuk secara langsung memaksa Ayub mengakui diri sebagai orang berdosa, Zofar memakai cara tidak langsung untuk menyindir sekaligus menyadarkan Ayub akan kesalahannya agar Ayub bertobat. Isi ucapan Zofar terdiri dari dua hal: Pertama, orang fasik mungkin saja mengalami kesuksesan sementara, namun akhirnya akan lenyap, akan dilupakan orang setelah meninggal, dan kekayaannya akan habis sebelum kematiannya, sehingga anak cucunya tidak dapat menikmati semua kekayaannya (20:4-11). Orang fasik yang dimaksud di sini adalah orang yang sombong dengan kekuasaan dan kekayaannya (20:6). Kedua, kehidupan orang fasik akan penuh kepahitan, meskipun awalnya terasa manis dan nikmat (20:12-28). Kepahitan hidup mereka berasal dari hukuman Allah yang mengubah makanan mereka menjadi racun (20:13-14) dan melenyapkan segala kekayaan yang mereka peroleh dengan menipu dan memeras orang miskin (20:15-19, 26-28). Selain itu, Allah juga akan membuat kehidupan mereka dipenuhi kekuatiran (20:20-22) dan penderitaan fisik lainnya (20:23-25).
Apakah yang dapat kita pelajari dari ucapan Zofar? Secara positif, kita diingatkan agar jangan mengikuti jejak orang fasik yang suka menyombongkan diri serta memeras sesama untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. Secara negatif, kita tidak boleh mengulangi kesalahan Zofar yang dibutakan oleh kepicikan sehingga secara membabi buta menyerang mereka yang dianggap sebagai orang yang berdosa. [TF]
"Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar." Mazmur 1:4-5